Antara Aku, Tuhan, dan Alam


“Allah mengizinkanmu untuk merenungkan apa yang ada di seluruh alam. Tetapi, Dia tidak mengizinkanmu hanya berhenti pada benda-benda di semesta alam semata. ‘Katakanlah: ‘Perhatikanlah apa yang ada di langit,’ (QS Yunus 10: 101). Dia membuka pintu-pintu pemahaman bagimu. Dan, Dia tidak mengatakan: ‘Perhatikanlah langit itu!’ agar tidak hanya menunjukkanmu tentang adanya benda-benda semata.”
---Syekh Ibn Atha’illah dalam Al-Hikam

Sahabatku, manusia memang memiliki kecenderungan untuk ingin tahu. Ini merupakan sifat dasar manusia, yang tak dimiliki makhluk lain. Kita sering memikiran, merenungkan, menghayati, memerhatikan, melihat, dan mencari makna serta tujuan di balik kejadian dan penciptaan makhluk Allah. Dan, semua ciptaan Allah berkaitan dengan sifat-sifat Ilahiah, baik dalam wujud keindahan (al-Jamal) hingga keaagungan (al-Jalal), dari yang kecil hingga yang besar, dari yang sempit hingga yang luas, terang-gelap, kering-basah, panas-dingin, dan sebagainya.

Allah memerintahkan kita untuk “Iqra! Bacalah! Pelajari! Renungkan! Pikirkan!” Namun, Dia sebenarnya tak hanya menyuruhmu untuk itu, kita justru dianjurkan untuk berhenti pada tataran ini. Kita harus tahu siapa yang menciptakan? Membentangkan? Mengatur, memelihara, mendesign, dan meliputi segala ciptaan?

Jangan sampai, pengetahuanmu tentang beda-benda itu melupakan dan mengalihkan pandanganmu tentang Al-Khaliq, Al-Ahad, As-Shamad, Ar-Razaq, Ar-Rahman, Ar-Rahim...

Pikir-pikirkanlah! Renung-renungkanlah!