Salman, Salah Satu Murid Habib Umar bin Hafidz Dari Afrika Selatan Yang Meninggal di Usia Belia, 7 Tahun


Siapakah Salman....?
Bercerita salah satu murid Habib Umar bin Hafidz.......

Anak itu bernama Salman. Salman yang rajin berkhidmat. Pada setiap acara, anak itu selalu ada untuk mengulurkan tangan-tangan mungilnya pada jamaah yang hadir. Meski pekerjaannya tidak terlalu berat, namun cukup membuat pelajaran bagi kita, betapa seorang anak yang masih kecil, membantu sekian orang muslim.

Saya sering melihat Salman di Darul Musthofa bersama ayah yang berada disampingnya di tengah-tengah jamaah yang menunaikan sholat tarawih. Dia seperti jamaah lainnya, setiap gerakan sholat diikutinya tanpa merasa letih, tak mau sedikit pun meninggalkan gerakan sholat yang setiap kala diimami Habib Umar. Sosok yang dicintainya. Bayangkan sholat tarawih dua juz setiap malam sanggup dia ikuti semua, orang besar seperti saya pun kadang mengeluh letih, namun tidak bagi tubuh kecilnya.
Selesai tarawih, saatnyalah dia berkhidmat mengerjakan tugas yang sungguhnya tak dibebankan olehnya. Tak dari suruhan ayahnya apalagi orang lain. Ketika syair madah dimulai, dia pun dengan sendirinya bergegas kedepan untuk mengambil buku-buku madah yang akan dibagikan kepada jamaah. Bersama teman-teman anak kecil lain. Mereka berlomba mengambil buku-buku itu sebanyak yang mereka mampu, makin banyak mereka ambil, sebanyak itu jamaah yang mereka khidmad. Salman yang bertubuh kecil dan lemah diantara kawan-kawannya ikut dalam lomba kebaikan itu, kadang dia terjatuh, atau tertatih membawa buku madah yang akan dibagikannya.

Selanjutnya selesai syair madah. Mengambil gelas-gelas kopi atau air dingin yang dibagikan kepada jamaah sholat. Salman memungut satu persatu gelas yang airnya sudah habis diminum. Matanya cekatan melihat dimana ada gelas yang kosong sambil berjalan ditengah-tengah para jamaah. Kadang pekerjaan ini membuat Salman harus berbolak balik, berkeliling mencari-cari gelas pungutannya.
Pernah ketika malam khatam bulan ramadan di Darul Musthofa. Jamaah memulainya dari pukul duabelas malam. Dari rentetan sholat witir sampai halaqah Qur'an. Pukul dua, jamaah disuguhkan dengan kopi, air dingin, ashir dan kacang polong rebus.

Seakan takjub, Salman berada ditengah para pengkhidmad yang rata-rata orang dewasa, sedang memungut gelas-gelas kosong atau bungkus kacang yang sudah habis. Gumam hatiku, sekarang pukul dua anak seperti dia, waktunya beristirahat, tetapi dia masih menyempatkan untuk mengulurkan tangan mungilnya. Sungguh naluri khidmadnya tertanam kuat dihatinya. Tak semua anak kecil sama seperti dia.

Salman juga sering terlihat ambil khidmad di masjid-masjid sekitar Tarim jika ada acara munasabah. Dia berangkat bersama Ayahnya. Sering juga berpapasan dijalan sendirian sambil membawa kantongan berisi susu atau kurma.
Saya sering bercanda dengan dia, terpancar senyum manis seorang anak yang waktu bermainnya dihabiskan di masjid. Dia berbahasa inggris, bahasa ibu dengan pronoun yang fasih. namun celotehan bahasa arabnya tak kalah dengan anak sebayanya. Kecintaan dengan agama diwarisinya dari sang Ayah, yang rela hijrah dari afrika selatan menuju tarim, pusat agama islam yang terjaga kemurniaanya dari arus keduniaan.

Dalam dunia ini, takdir Allah yang menentukan segalanya. Salman yang dulu tidak akan mungkin lagi Berkhidmad pada tahun ini. Tak ada lagi Salman yang mengambil gelas kosong dengan tangan mungilnya. Sang Ayah tak mungkin lagi bersama Salman menunaikan sholat tarawih, tak ada lagi mata yang cekatan itu.

Orang tuanya sangat mencintai Salman, namun Allah lebih mencintainya. Salman dipanggil ke hadhiratNya, inna lillahi wa inna ilahi rojiun.

Sebelum Salman menghembuskan nafas terakhir, ia meminta ibunya untuk mengganti pakaiannya, katanya, dia akan bertemu Allah, tidak mau pakaiannya kotor.

Allahu Akbar. Salman benar-benar ahli khidmad yang sejati. Dia akan menunggu orang tuanya di pintu surga. Dan akan menjadi ahli khidmad bersama wildan-wildan ahli khidmad lainnya dalam surga. Berkhidmad dengan orang tuanya dan orang-orang yang dicintainya.

Jasadnya bersatu dengan tanah yang ahlinya pernah dipuji Rasulullah, dan hatinya selalu terpaut dengan hamba-hamba yang sholihin.


Prosesi pemakaman....
Sayyidi AlHabib Umar bin Hafidz turun langsung ke liang lahad di pekuburan Zanbal Tarim, mengebumikan salah seorang muridnya yang masih lucu dan imut berumur 7 tahun. Salman dari Afrika Selatan. Rahimallah Salman. Beruntung Salman wafat di Tarim dalam keadaan menuntut ilmu dengan usia yang masih belia, diletakkan di tempat istirahat terakhirnya oleh seorang wali alMurabbi Habib Umar dikebumikan bertetangga dengan para waliyullah Imam Faqih Muqaddam, Imam Haddad serta para wali lainnya dari sadah bani alawi di Zanbal Tarim.

Smoga kita di beri anak turun sholih sholihah dan 'alim......aamiin....