Siapakah Salman....?
Bercerita salah satu murid Habib Umar bin Hafidz.......
Anak itu bernama Salman. Salman yang rajin berkhidmat. Pada
setiap acara, anak itu selalu ada untuk mengulurkan tangan-tangan mungilnya
pada jamaah yang hadir. Meski pekerjaannya tidak terlalu berat, namun cukup
membuat pelajaran bagi kita, betapa seorang anak yang masih kecil, membantu
sekian orang muslim.
Saya sering melihat Salman di Darul Musthofa bersama ayah
yang berada disampingnya di tengah-tengah jamaah yang menunaikan sholat
tarawih. Dia seperti jamaah lainnya, setiap gerakan sholat diikutinya tanpa
merasa letih, tak mau sedikit pun meninggalkan gerakan sholat yang setiap kala
diimami Habib Umar. Sosok yang dicintainya. Bayangkan sholat tarawih dua juz
setiap malam sanggup dia ikuti semua, orang besar seperti saya pun kadang
mengeluh letih, namun tidak bagi tubuh kecilnya.
Selesai tarawih, saatnyalah dia berkhidmat mengerjakan tugas
yang sungguhnya tak dibebankan olehnya. Tak dari suruhan ayahnya apalagi orang
lain. Ketika syair madah dimulai, dia pun dengan sendirinya bergegas kedepan
untuk mengambil buku-buku madah yang akan dibagikan kepada jamaah. Bersama
teman-teman anak kecil lain. Mereka berlomba mengambil buku-buku itu sebanyak
yang mereka mampu, makin banyak mereka ambil, sebanyak itu jamaah yang mereka
khidmad. Salman yang bertubuh kecil dan lemah diantara kawan-kawannya ikut
dalam lomba kebaikan itu, kadang dia terjatuh, atau tertatih membawa buku madah
yang akan dibagikannya.
Selanjutnya selesai syair madah. Mengambil gelas-gelas kopi
atau air dingin yang dibagikan kepada jamaah sholat. Salman memungut satu
persatu gelas yang airnya sudah habis diminum. Matanya cekatan melihat dimana
ada gelas yang kosong sambil berjalan ditengah-tengah para jamaah. Kadang
pekerjaan ini membuat Salman harus berbolak balik, berkeliling mencari-cari
gelas pungutannya.
Pernah ketika malam khatam bulan ramadan di Darul Musthofa.
Jamaah memulainya dari pukul duabelas malam. Dari rentetan sholat witir sampai
halaqah Qur'an. Pukul dua, jamaah disuguhkan dengan kopi, air dingin, ashir dan
kacang polong rebus.
Seakan takjub, Salman berada ditengah para pengkhidmad yang
rata-rata orang dewasa, sedang memungut gelas-gelas kosong atau bungkus kacang
yang sudah habis. Gumam hatiku, sekarang pukul dua anak seperti dia, waktunya
beristirahat, tetapi dia masih menyempatkan untuk mengulurkan tangan mungilnya.
Sungguh naluri khidmadnya tertanam kuat dihatinya. Tak semua anak kecil sama
seperti dia.
Salman juga sering terlihat ambil khidmad di masjid-masjid
sekitar Tarim jika ada acara munasabah. Dia berangkat bersama Ayahnya. Sering
juga berpapasan dijalan sendirian sambil membawa kantongan berisi susu atau
kurma.
Saya sering bercanda dengan dia, terpancar senyum manis
seorang anak yang waktu bermainnya dihabiskan di masjid. Dia berbahasa inggris,
bahasa ibu dengan pronoun yang fasih. namun celotehan bahasa arabnya tak kalah
dengan anak sebayanya. Kecintaan dengan agama diwarisinya dari sang Ayah, yang
rela hijrah dari afrika selatan menuju tarim, pusat agama islam yang terjaga
kemurniaanya dari arus keduniaan.
Dalam dunia ini, takdir Allah yang menentukan segalanya.
Salman yang dulu tidak akan mungkin lagi Berkhidmad pada tahun ini. Tak ada
lagi Salman yang mengambil gelas kosong dengan tangan mungilnya. Sang Ayah tak
mungkin lagi bersama Salman menunaikan sholat tarawih, tak ada lagi mata yang
cekatan itu.
Orang tuanya sangat mencintai Salman, namun Allah lebih
mencintainya. Salman dipanggil ke hadhiratNya, inna lillahi wa inna ilahi
rojiun.
Sebelum Salman menghembuskan nafas terakhir, ia meminta
ibunya untuk mengganti pakaiannya, katanya, dia akan bertemu Allah, tidak mau
pakaiannya kotor.
Allahu Akbar. Salman benar-benar ahli khidmad yang sejati.
Dia akan menunggu orang tuanya di pintu surga. Dan akan menjadi ahli khidmad
bersama wildan-wildan ahli khidmad lainnya dalam surga. Berkhidmad dengan orang
tuanya dan orang-orang yang dicintainya.
Jasadnya bersatu dengan tanah yang ahlinya pernah dipuji
Rasulullah, dan hatinya selalu terpaut dengan hamba-hamba yang sholihin.
Prosesi pemakaman....
Sayyidi AlHabib Umar bin Hafidz turun langsung ke liang
lahad di pekuburan Zanbal Tarim, mengebumikan salah seorang muridnya yang masih
lucu dan imut berumur 7 tahun. Salman dari Afrika Selatan. Rahimallah Salman.
Beruntung Salman wafat di Tarim dalam keadaan menuntut ilmu dengan usia yang
masih belia, diletakkan di tempat istirahat terakhirnya oleh seorang wali
alMurabbi Habib Umar dikebumikan bertetangga dengan para waliyullah Imam Faqih
Muqaddam, Imam Haddad serta para wali lainnya dari sadah bani alawi di Zanbal
Tarim.
Smoga kita di beri anak turun sholih sholihah dan
'alim......aamiin....