Tidak pernahkah kita berpikir bahwa
betapa Allah senantiasa membuat kita bahagia?
Apakah kita tidak pernah berpikir
bahwa semua air mata dan luka di hati adalah jalan untuk kita lebih mendekatkan
diri kepada Allah?
“Apakah kalian mengira bahwa kalian
akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana
halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya
pertolongan Allah?” Ingatlah , sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat
dekat.” (QS.Al Baqarah: 214)
Sahabat, mari kita merenung sejenak.
Apa yang kita lakukan saat kita sedang bersedih. Dari lubuk hati yang paling
dalam, akan muncul sebuah pengakuan. Betapa lemahnya diri kita. Betapa rapuhnya
iman kita. Betapa bodohnya kita. Dan betapa kecil kita sebagai manusia. Sebuah
keyakinan tercipta bahwa betapa Maha Kuasa Allah atas diri kita. Dia Yang Maha
Kaya, Maha Berilmu, Maha Perkasa sekaligus Maha Penyayang. Semua keangkuhan
sirna dalam sekejap.
Nah, saat diri rapuh dan tidak
berdaya, saat itu pula kita mulai yakin bahwa ada yang lebih segala-galanya di
atas kita. Sebuah kesejukan menetes membasahi hati yang terbakar. Ada
kelembutan membelai pikiran yang gersang. Sebuah genggaman dahsyat yang
membantu kita untuk bangkit kembali, melanjutkan kehidupan yang lebih baik.
Sahabat, begitulah cara Allah
membahagiakan kita. Dengan menguji kita lewat berbagai macam penyakit, baik itu
penyakit fisik dan sakit hati. Karena penyakit itulah, seseorang akan tersadar
dari semua keangkuhan dan mengakui semua kesalahan yang telah kita perbuat dan
segera bertaubat. Dengan ujian-ujian itu pula kita sebagai manusia merasa
sangat kecil, merasa diri ini betul-betul seorang hamba yang bergantung hanya
kepada Allah. Saat kita tersadar dari segala perjalanan dosa, mulailah kita
memperbaiki kualitas ibadah kita dan mendekatkan diri kepada Allah.
Betapa Allah sangat mencintai
hambanya. Betapa Allah ingin kita berada dekat dengan-Nya. Bukankah kebahagian
itu jika kita berada dekat dengan yang kita cintai? Dan hanya Allah-lah yang
memiliki cinta sejati itu.
Nikmat Allah selalu lebih besar dari
cobaannya.
“Segala puji bagi Allah, Rabb
semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Fatihah:2-3)
Allah Maha Pemurah. Allah Maha
Penyayang. Cobalah hitung berapa banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada
kita. Seumur hidup kita tidak akan sanggup karena saking banyaknya. Lalu apa
yang kita khawatirkan? Apa yang membuat kita gelisah?
Kita pasti mengetahui bahwa apa yang
ada di langit dan di bumi adalah milik Allah. Bahkan nyawa kita adalah
milik-Nya. Mengapa hanya karena kehilangan kaki seseorang merasa kehilangan
segala-galanya? Bukankah ia masih memiliki anggota badan yang lainnya? Mengapa
setelah ditinggal kekasih, seorang pemuda atau pemudi menjadi frustasi?
Bukankah jodoh itu sudah diatur oleh Allah? Mengapa hanya karena tidak lulus
ujian seorang siswa rela menghilangkan nyawanya? Bukan, bukan itu tujuan Allah
memberi kita penyakit.
Ingatlah selalu bahwa Allah itu Maha
Pemurah. Nikmat yang Allah berikan selalu lebih besar dari cobaan-Nya. Bukankah
orang yang kakinya buntung masih mempunyai tangan untuk menggenggam, masih
mempunyai mata untuk melihat kebesaran Allah, masih dapat mendengar seruan
Allah? Bukankah orang yang buta sekalipun juga diberi kelebihan oleh Allah
dengan insting yang kuat? Lalu apa yang harus kita sesali dengan begitu banyak
nikmat yang telah Allah berikan? Apa yang membuat kita bersedih?
“Maka, nikmat Rabb kalian yang
manakah yang kalian dustakan?” (QS. Ar-Rahman:13)
Yakinlah, bahwa di balik setiap
tetes air mata, selalu ada sejuta senyum yang menanti. Di balik sayatan luka di
hati, selalu ada sejuta kebahagiaan yang siap menyambut. Dan yakinlah, bersama
dengan kesulitan pasti ada kemudahan. Itu janji Allah…
Intan dalam Duri
“Maka, sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS.
Al-Insyirah:5-6)
Jalan menuju kebahagiaan memang
tidaklah selalu mudah. Ada saja rintangan yang menghadang. Setan bekerja keras
melaksanakan tugasnya. Menggoda manusia, memberi was-was ke dalam hati mereka.
Bagi orang yang lemah imannya, kurang cintanya terhadap Allah, pastilah dengan
senang hati mengikuti bujuk rayu dan tipu daya para setan. Sebaliknya,
orang-orang yang begitu mencintai Allah akan menempuh jalan merintang
sekalipun. Dan orang-orang seperti itulah yang akan memperoleh kemenangan dan
kebahagiaan. Menjadi pemenang atas godaan setan, berhasil membuktikan
penghambaannya kepada Allah dan menjadi bahagia karena pahala yang dicurahkan
kepadanya serta kemenangan yang terbesar adalah saat perjumpaan dengan Allah.
Untuk mencapai sebuah kebahagiaan,
di perlukan pengorbanan dan kerja keras. Jangan mudah putus asa mencari rahmat
Allah. Ibaratkan Dia memberikan kita sebuah hadiah berupa sebongkah intan
tetapi hadiah tersebut di bungkus dengan kertas berduri. Apakah kita punya
nyali untuk membukanya? Mungkin tangan kita akan berdarah, mungkin juga tidak.
Dengan petunjuk cara membukanya, kita akan selamat dari duri-duri dan berhasil
membuka hadiah tersebut. Akhirnya kita mendapat isi dari kotak itu.
Sama seperti dalam kehidupan, segala
rintangan untuk mencapai sebuah kebahagian pastilah ada. Kalau rintangan
tersebut kita anggap sebagai penghalang, ia akan betul-betul menghalangi
langkah kita. Tapi, jika kita menganggap mereka sebagai tantangan, itu jauh
lebih baik. Dalam menghadapi tantangan, kita harus menggunakan ilmu sesuai
dengan petunjuk Allah. Dengan ilmu itulah kita dapat keluar dari permasalahan
yang ada dan memperoleh hadiah yaitu kebahagiaan.
Cara Berbahagia
1. Syukur
“Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya, jika kalian bersyukur, pasti kami akan
menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat_Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim:7)
Orang-orang yang bahagia adalah
mereka yang senantiasa bersyukur. Dengan bersyukur hidup akan menjadi lebih
bahagia. Syukurilah apa yang ada di hadapan kita. Tidak lupa bersyukur atas apa
yang telah kita peroleh di masa lalu. Jangan mencari yang tidak ada, jangan
meresahkan kelebihan orang lain karena Allah juga telah menitipkan potensi ke
dalam diri kita untuk dikembangkan.
Banyak orang yang terjebak di masa
lalu. Menangisi kegagalannya, menyesali kesalahan-kesalahan saat itu. Kita
harus berhati-hati. Sebesar apapun penyesalan kita, masa lalu tidak akan
kembali dan tidak akan terulang lagi. Jangan sampai kegagalan membuat kita
sedih berkepanjangan. Jangan sampai musibah yang kita alami membuat kita lalai
dan melupakan semua nikmat yang telah Allah berikan, kufur atas nikmat Allah.
Jangan pernah sedetikpun lidah kita absen dari ucapan syukur, memuji Allah Yang
Maha Pemurah.
Masa sekarang adalah sebuah
kenyataan. Tepat berada di hadapan kita. Bersyukurlah karena hari pagi ini kita
masih bisa menghirup udara bebas, bersyukur akan hidangan yang lezat di depan
kita, bersyukur karena kita dikelilingi oleh keluarga dan sahabat yang
menyayangi. Bersyukur atas semua cinta yang telah diberi Allah kepada kita.
Bersyukurlah agar kita menjadi orang yang paling bahagia.
2. Ikhlas
Ikhlas karena Allah. Kalimat yang
mudah diucapkan namun kadang dalam prakteknya bertentangan. Mulailah dengan
niat karena Allah. Segala sesuatu yang kita lakukan, baik itu bekerja, mencari
nafkah atau belajar adalah ikhlas demi mendapatkan ridha Allah semata.
Tidak sedikit orang yang
menyia-nyiakan usaha kerasnya. Mengapa sia-sia? Karena tujuannya bukan karena
Allah. Tujuannya hanyalah mencari kesenangan dunia semata. Kalau sudah
tujuannya dunia, orang-orang seperti itu akan menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan kebahagiaan. Walaupun kebahagiaannya itu semu dan hanya sesaat. Dan
balasannya pun bisa berupa murka Allah di dunia dan di akhirat.
Gantungkan tujuan dan cita-cita kita
hanya kepada Allah. Karena hanya Allah-lah Yang Maha Pemberi, Allah Yang Maha
Penyayang. Hanya Allah yang dapat membalas semua perbuatan kita.
Orang-orang yang bekerja dan hanya
mengharapkan ridha Allah, merekalah yang memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat kelak. Setiap langkah adalah ibadah ikhlas kepada Allah dan setiap
ucapannya adalah dzikir, perkataan yang baik, serta nasihat-nasihat kepada
sesama. Begitulah, orang-orang yang berjuang dengan niat yang ikhlas
mengharapkan ridha Allah, senantiasa menjaga perilakunya
Selain pada niat, ikhlas juga akan
tercermin pada sikap yang mudah memaafkan. Bagaimana kita melupakan semua
kesalahan orang yang pernah menyakiti. Sulit memang, tapi yakinlah kalau kita
bisa!
Bergurulah pada Nabi Muhammad .
Bagaimana beliau yang lembut hatinya dengan sabar menerima semua ejekan dan
cacian dari orang-orang kafir saat menyebarkan Islam. Pada saat salah satu dari
orang kafir tersebut jatuh sakit, apa yang dilakukan kekasih Allah ini? Beliau
datang kerumah orang itu, menjenguknya. Subhanallah! Luar biasa! Begitu besar
rasa ikhlas untuk memaafkan pada diri Rasulullah. Tidak ada dendam sedikit pun.
Dengan ikhlas hati kita menjadi lapang. Dengan kelapangan tersebutlah
kebahagiaan akan didapatkan.
3. Sabar
“Hai orang-oang yang beriman,
jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolong kalian, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (QS. Al- Baqarah:45)
Sabar dalam menjalani kehidupan akan
tercermin pada pribadi yang lapang dada, tabah, dan pantang menyerah. Sabar
bukan berarti menerima begitu saja dan menunggu datangnya keajaiban.
Sabar dalam bekerja, mencari nafkah
adalah mengerahkan segala upaya, pantang menyerah, memaksimalkan potensi untuk
dimanfaatkan oleh orang lain. Sabar dalam menuntut ilmu adalah dengan tekun
belajar, mengatur waktu dengan baik, memahami dan mencerna pokok-pokok yang
diajarkan dan yang lebih penting adalah mengamalkannya di jalan Allah .
Dengan kesabaran, jiwa kita akan
terasa lapang. Keyakinan akan janji Allah semakin kuat. Orang-orang yang sabar
akan berdiri laksana gunung yang kokoh menancapkan kakinya, berjalan di jalan
yang diridhai Allah. Akhirnya, orang-orang yang sabarlah yang akan menjadi
pemenang dan berbahagia.
4. Berpikir Positif
“Aku sesuai sangkaan hamba-Ku
kepada-Ku, maka ia bebas berprasangka apa saja kepada-Ku.” (Hadist Qudsi)
Pikirkanlah yang indah-indah, maka
hidupmu akan menjadi indah. Berpikir positif terhadap segala sesuatu yang
menimpa kita dapat menciptakan sebuah semangat untuk menjalani hidup ini.
Jika kita senantiasa berpikiran
negatif, segala sesuatu yang kita kerjakan pun akan bernilai negatif. Contoh,
ada seseorang yang berpikiran bahwa musibah adalah sesuatu yang menyakitkan,
musibah adalah penghalang untuk mencapai cita-cita, kemudian disikapi dengan
berkeluh kesah dan bersedih terus menerus. Apa yang terjadi kemudian? Bisa jadi
orang tersebut akan mengalami gangguan jiwa seperti stress dan depresi. Belum
lagi fisik yang semakin lemah akibat hilangnya nafsu makan. Sungguh rugi
orang-orang yang mempunyai pikiran negatif.
Orang-orang yang mempunyai pikiran
positif akan menganggap musibah itu sebagai ujian dan tantangan. Bisa jadi
mereka berpikiran bahwa musibah itu adalah hadiah untuk mendekatkan diri kepada
Allah . Semangat dan optimis akan tercipta dalam setiap langkahnya. Dengan jiwa
yang optimis itu pula, orang yang berpikiran positif akan senantiasa
mengembangkan potensi dalam dirinya, untuk menjadi pribadi yang unggul. Sungguh
bahagialah orang-orang yang senantiasa berpikiran positif.
5. Berbuat Baik
“Kalian adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran:110)
Marilah kita berlomba-lomba untuk
berbuat baik agar kita bahagia. Berbuat baik pada diri sendiri seperti
memperbaiki kualitas shalat, mengkaji Al-Qur’an dan menuntut ilmu. Shalat yang
khusyuk akan membuat hati dan pikiran kita menjadi tenang. Dengan mengkaji
ayat-ayat Al-Qur’an kita bisa menemukan rahasia kehidupan ini. Berbagai macam ilmu
ada di dalamnya. Itulah yang membuat kita menjadi orang yang cerdas.
Berbuat baik kepada orang lain
adalah wajib hukumnya. Berbuat baik kepada orang tua dengan menjadi anak yang
saleh/salehah. Menyambung tali silaturahmi, tersenyum kepada orang lain, mengajarkan
ilmu yang bermanfaat, saling menasehati untuk berbuat baik dan menegur teman
yang berbuat salah.
Bersedekah juga salah satu cara
untuk berbuat baik kepada orang lain. Dalam harta yang kita miliki ada hak
orang lain. Kekayaan kita bukan tercermin pada berapa banyak saldo tabungan di
bank, bukan seberapa tinggi tumpukan emas di lemari, bukan pula berapa banyak
mobil mewah yang diparkir di garasi mobil. Kekayaan kita dapat dilihat dari
berapa banyak yang telah kita beri kepada orang lain, baik itu harta benda
ataupun ilmu yang bermanfaat, ikhlas karena Allah.
Apa yang kita rasakan saat memberi
seorang pengemis selembar uang seribuan dan tersenyum bahagia karenanya?
Bahagia bukan? Kebahagiaan kita terletak pada bahagia orang lain. Jika kita
membahagiakan diri sendiri, kita hanya mempunyai satu point bahagia. Jika kita
membahagiakan sepuluh orang, maka kita mempunyai sepuluh point bahagia. Jadi
berbuat baiklah kepada semua orang, tentunya dengan hati yang ikhlas untuk
mendapatkan ridha Allah.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)
6. Percaya Akan Janji Allah
“Allah menjanjikan kepada
orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang
baik di surga ‘Adn. Dan keridaan Allah lebih besar. Dan itulah kemenangan yang
agung.” (QS. At-Taubah: 72)
Percayalah kepada Allah. Jangan ada
keraguan sedikitpun di hati kita. Mungkin apa yang kita peroleh saat ini
bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan. Yakinlah bahwa itulah yang
terbaik buat kita. Allah sangat sayang kepada hamba-hambanya yang berbuat baik.
Allah memang tidak selalu memberikan
apa yang kita inginkan. Dia akan senantiasa memberikan apa yang kita butuhkan.
Semua kebutuhan sebagai bekal untuk bertemu dengan-Nya sudah tersedia. Hanya
saja kita yang tidak melihat atau bahkan tidak peduli dengan seruan tersebut.
Jadi, berdoa dan berbuat baik adalah
kuncinya. Setelah itu, serahkan semua kepada Allah Yang Maha Adil. Bisa jadi
kita tidak akan menerima imbalan di dunia. Hadiah tersebut akan kita terima di
akhirat kelak. Dan yakinlah, hadiah itu pasti lebih indah dari dunia dan
isinya. Pertemuan dengan Allah.