Karya : Ibin Abdullah bin Umar Alathas
(Pernah Terbit dalam Buku Antologi Puisi 'Kisah yang Berdiri di Kalvari')
Di sepertiga malam
Ia bersujud menghina di haribaan-Mu
Tersedan
Mengharap lembut kasih-Mu
Menangis pilu, layaknya bocah yang tak diberi mainan oleh ibunya
Di sepertiga malam
Saat semua orang terlelap
Mengukir peta nusantara
Ia menengadahkan tangannya
Menghinakan dirinya
Dengan setiap hari berharap-harap cemas Kau mengabulkan
Saat semua orang berlomba meninggikan gedung pencakar langit
Menimbun uang sebanyak-banyaknya
Menjadi budak nafsu
Memenuhi lapar perut yang meronta
Berkeliling dunia melompati segala kepala jelata
Tertawa di atas tahta
Melihat sinis tatapan teduh bocah yang menanggung nasib di bawah
ketiak mentari
Ada hambaMu
Yang memanjatkan do’a
Sembari bergetar mulutnya malu mengungkap semua aib-aib dunia
Bahkan aibnya sendiri
Air matanya menetes, mengalir
Menganak sungai di pipinya
Terjatuh ke sajadahnya
Dunia malam itu tak lebih agung dari sajadahnya
Tak seringan air mata yang menetes perlahan
Terus menerus
Ia berdo’a, memilih membangun istana di nirwana
Tempat abadi kehidupan akan berlangsung
Kupu-kupu biru terbang berkeliaran di malam hari
Mencari kelopaknya demi sesuap hidup
Memburu ngilu demi nikmat pejam seketika
Melepas semua warna dirinya demi senja yang tak kunjung datang
Tikus-tikus liar yang mencicit di got jalanan
Mencari-cari keju di istana tak bertuan
Tikus liar yang menghamba kepada kucing tua nan cacat
Adalah abstrak panggung sandiwara ini
Tak mungkin luput
Barang sedetikpun dari permainan panjang ini
Entahlah
Ia tak menghiraukannya
Fokus
Do’anya tetap mengalir pada-Mu
Isaknya bertambah keras
Air matanya membuncah
Seluruh tubuhnya bergetar
Demi harap cemas do’a yang akan terkabul
Ia terus meminta
Menghamba di bawah tangan-Mu
Ya Allah terimalah... kabulkanlah...
Ia meminta, benar-benar meminta
Ikan-ikan kecil itu berenang
Menari-nari di sungai
Jernih
Ikan-ikan itu bercanda
Memainkan arus yang melulu kencang-pelan
Sesekali memakan bongkah buah atau sayur atau apalah yang melewat
Ikan-ikan kecil itu riang
Satu-dua bahkan ber-reproduksi
Menikmati masa renggang yang panjang
Hingga ikan-ikan besar datang
Sungai mengalir
Dahsyat
Keruh
Ikan-ikan kecil tunggang-langgang
Mencari teduh
Ikan-ikan besar semakin menjadi
Memakan ikan-ikan kecil untuk merubah warna kulitnya, berevolusi
Ikan-ikan besar tertawa atas kemenangannya
Inilah hidup di akuarium kehidupan
Ia tetap berdo’a
Meminta aman, sejahtera dan damai
Sentosa, adil, makmur dan selamat
Hingga kakinya bengkak
Hingga tak terasa lagi lirih angin
Tak mengerti lagi antara dunia dan maya
Tak mendengar detik jam atau denting kehidupan
Fokus
Air matanya tumpah ruah
Ia menangis pilu
Teramat pilu
Hingga tarian kematian mengangan di kepalanya
Dekat sekali serupa nyawa
Waktu melaun
Seolah memongahi dunia yang tak kunjung fajar
Merengek dan terus meminta...
Ya Allah, di tengah carut-marut dunia
Ada hambaMu yang menangis sepanjang hari
Meminta dan terus berharap cemas Kau kabulkan...
Langit Kota Bangil, 18 September 2015