Penutup Tabir Ilahi dan Aib Kita


“Tutup Allah itu terbagi menjadi dua, yakni tutup dari maksiat, dan tutup dalam maksiat. Orang awam meminta kepada Allah agar ditutupi dalam berbuat maksiat karena khawatir jatuh kedudukannya dalam pandangan manusia. Sedangkan orang khawas meminta kepada Allah agar ditutupi dari berbuat maksiat karena khawatir kedudukannya dalam pandangan Sang Mahakuasa.”—Demikian menurut Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam.

Secara psikologis, bagi kebanyakan dari kita, akan meminta kepada Allah untuk ditutupi aibnya dan meminta kepada Allah agar tak membuka rahasia hidupnya yang suram. Mereka takut aibnya terbongkar di tengah manusia, malu dan merasa jatuh martabatnya di depan manusia.Itu memang haknya untuk meminta kepada Allah. Dan, Dia selalu memberi cinta dan menyembunyikan rahasia makhluk-Nya. Namun, jika ini yang hanya kita minta, maka begitu rendahnya nilai ibadah dan pengabdian kita kepada-Nya.

Sedangkan, bagi seorang salik, para pencari Tuhan yang ingin bersungguh-sungguh mengejar cinta dan ridha Ilahi, dia justru meminta Tuhan agar menutup semua kemungkinan untuk berbuat maksiat, sebab yang dikhawatirkan adalah hubungan cintanya dengan Tuhan bisa terganggu.
Maka benar kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Mari luruskan niat kita!

Renung-renungkanlah, pikir-pikirkanlah!