Nasehat Seorang Guru Kepada Muridnya (Part II)


Anakku….
Jalan kau tempuh ini hanya bisa dilewati oleh para pemberani. Para sahabat Nabi utama; Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali adalah orang-orang pemberani yang mempertaruhkan nyawanya demi tegaknya Agama Islam Mulia Raya ini. Kalau engkau penakut, lebih baik engkau berhenti disini saja, jangan lanjutkan perjalanan ini karena engkau pasti akan gagal. Jalan ini telah di isi oleh lautan air mata kepedihan para Nabi dan Rasul, telah di genangi oleh darah para suhada dan itu akan tetap berlangsung sampai akhir zaman. Kalau engkau siapkan mentalmu maka berjalanlah bersamaku niscaya engkau akan ku tutun dengan selamat kepada-Nya.

Anakku…
Jangan engkau sibukkan dirimu dengan mengurus setan diluar, kalahkan dulu setan dalam perutmu maka engkau akan sanggup mengalahkan setan di luar perutmu.
Akan tetapi suatu saat nanti engkau akan berterima kasih pada setan karena hakekatnya dia diciptakan untuk membuat para penempuh jalan kebenaran menjadi hati-hati dan kuat. Setan itu lawan tandingmu namun suatu saat dia tidak akan bisa lagi mempengaruhimu, ketika engkau telah menyatu dengan Tuhan, maka tidak ada lagi sesuatu selain Dia.

Anakku…
Suatu saat nanti Tuhan langsung akan mengujimu. Ingatlah kisah ahli ibadah zaman dahulu yang dinaikkan maqamnya kepada maqam sangat mulia sehingga Tuhan berkata, “Wahai hambaku yang baik dan mulia, mintalah kepadaku, segala permintaanmu akan Aku penuhi, apakah engkau menginginkan maqam abdul qadir? Atau maqam Abu Yazid?”. Jika suatu saat engkau di uji seperti itu maka serahkanlah segala sesuatu kepada-Nya, jangan engkau meminta apapun karena setiap permintaanmu justru akan membuat engkau terjatuh. Para Guru kita mengajarkan bahwa do’a tertinggi adalah “Engkau yang ku maksud, ridha-Mu yang aku tuntut” dan maqam tertinggi itu tidak lain menjadi Hamba yang baik.

Anakku…
Jalan menuju surga itu penuh duri dan air mata.
Apakah kita harus mengalami sakit?
Ya
Apakah harus menjalani derita?
Ya
Apakah harus tertumpah air mata?
Ya
Dan hanya air mata orang Zikirullah yang bisa memadamkan neraka.
Kalau engkau masih merasakan sakit, susah, kecewa dan tersinggung maka sebenarnya engkau masih lemah, jalani semua cobaan Tuhan dengan sabar dan tawakal. Disaat semua penderitaan dan kesusahan yang menimpamu tidak mempengaruhimu sedikitpun, maka disaat itulah engkau telah mengalami pencerahan dan engkau telah menjadi manusia kuat dalam arti yang sebenarnya. Bukankah nabi kita telah mengingatkan melalui sabdanya, “Orang kuat bukanlah orang yang mengalahkan musuh di medan pertempuran akan tetapi orang yang bisa menahan marah disaat dia bisa marah”.

Anakku…
“Surga di bawah telapak kaki ibu”, begitulah sabda Nabi. Akan tetapi bisakah seorang Ibu yang belum masuk surga bisa memasukkan anaknya ke dalam surga? Atau surga di bawah telapak kaki ibu yang dimaksud oleh nabi itu hanyalah surganya anak-anak? Pertanyaan ini biar engkau saja yang menjawabnya.
Surga itu akan bisa engkau capai setelah melewati 70.000 rasa dan akhirnya engkau akan diberi sebuah kunci surga yaitu “LA ILAHAILLALLAH, MUHAMMAD RASULULLAH”. Itulah bentengmu dunia dan akhirat.

Anakku….
Apa beda ucapan “LA ILAHAILALLAH” yahudi, atheis dengan Wali Allah?
Yahudi sangat fasih mengucapkan kalimah itu, lebih fasih dari dirimu, lebih fasih dari ulama di negeri kita karena yahudi itu juga orang Arab, akan tetapi sayang nya ucapan yahudi hanya dimulut saja dan tidak ada kontak dengan Allah. Bukan ukuran fasih nya, akan tetapi bagaimana engkau bisa beserta dengan yang punya Nama. Nama Allah diturunkan dari sisi-Nya sendiri barulah berlaku berlaku di alam ini. Nama Presiden harus dikeluarkan lawat jalur resmi, turun kepada para menteri kemudian kepada Gubernur sampai ke aparat desa barulah nama itu bisa keramat dan ditakuti serta dipatuhi oleh segenap warna negara termasuk aparat negara. Kalau engkau ambil nama itu bukan lewat jalur yang Haq maka nama itu hanya menjadi sebuah nama saja tidak ada power nya. Kun Fayakun akan terjadi apabila yang mengucapkannya adalah Allah sendiri dan orang yang beserta Allah yang disalurkan lewat jalur yang Haq dengan menggunakan Metode (thariqat) yang benar pula.

Anakku…

Lima Puluh Tahun aku me-riset ilmu zikir dan aku mengambil kesimpulan bahwa tidak ada jalan yang lebih mudah menghampiri diri dengan Allah kecuali melalui Tharikatullah.