Sayyiduna Ja`far Bin Abi Thalib, Sebuah Kisah Tentang Cinta
Dan Pengorbanan
Al Alim Al Allamah Al Musnid Al Habib Umar Bin Hafidz
---------------------------------------
Ketika tangan kanan Sayyidina Ja'far (yang memegang erat
bendera kaum muslim dalam perang Mu'tah) terbabat putus oleh sambaran pedang
musuh, bendera itu berpindah ketangan kiri, hingga tangan kirinya juga terbabat
putus, tapi dengan segala upaya beliau tetap berusaha agar panji persatuan
pasukan muslim itu tidak terjatuh, hingga bendera itu diambil alih oleh
sahabatnya, Mereka menemukan bahwa badannya telah tertusuk delapan puluh kali
(dengan pedang, tombak dan panah) tapi semua luka-luka berada di bagian depan
tubuhnya, bukan di punggung atau samping badannya. Ini karena ia tetap teguh
dan tidak untuk sesaat berpaling dari musuh..Dalam keadaan terluka parah, Ia ditawari
air untuk diminum, tetapi ia menolak untuk meminumnya, dan mengatakan bahwa ia
berpuasa.
"Anda berpuasa ditengah perang yang berkecamuk dan
teriknya panas matahari?"mereka bertanya
"Aku ingin berbuka puasa di Jannah" Jawabnya
Mereka membawa pergi air itu, dan saat matahari terbenam
Sayyiduna Ja'far Bin AbiThalib telah berbuka puasa Di Jannah tertinggi
(meninggal Syahid).
Perang itu terjadi di daerah Yordania, pada saat yang sama
Rasulullah Shallallahu alaihi wa alaa aalihi wasallam sedang berbicara dan
dikerumuni oleh sekelompok sahabat ribuan kilometer dari arena peperangan
(sedang berada di Madinah). Nabi menegakkan kepala beliau dan berkata: “Wa
alayka al-salam wa rahmatullah wa barakatuh” dan beliau terus berbicara hingga
selesai, kelompok sahabat yang duduk mengitarinya ingin tahu apa yang sedang
terjadi..
Mereka bertanya pada Nabi, 'dengan siapa anda berbicara
wahai Rasulullah?'.
"Itu Ja'far bin Abi Thalib di depan ku, datang bersama
sekelompok malaikat. Allah mengganti tangannya dengan dua sayap sehingga ia
bisa terbang ke mana pun yang dia inginkan di surga".
Semenjak saat ini mereka menjuluki Sayyiduna Ja'far dengan
gelar 'al-Tayyar' atau 'Penerbang' jauh sebelum pesawat diciptakan. Dia tidak
hanya terbang di langit, tapi di surga. Dia datang dari Mu'tah di Yordania
menuju al-Madinah. Mengapa perlu pergi ke al-Madinah jika dia sudah jadi salah
satu penghuni surga? Apa tujuan dia datang ke al-Madinah? Tujuannya adalah
untuk mengunjungi satu orang yang lebih dicintai baginya daripada surga. Namanya
adalah Muhammad, Nabi SAW Kita.
Kalau bukan karena cinta ini tentunya tidak perlu baginya
untuk pergi ke al-Madinah untuk memberi salam kepada Rasulullah. Bahkan surga
tidak menyebabkan dia untuk melupakan Muhammad karena ia tahu bahwa ia hanya
masuk surga karena fakta bahwa ia adalah pengikut Nabi Muhammad SAW. Dia tahu
bahwa tanda sejati imannya adalah untuk Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai
baginya daripada apa pun, termasuk Surga.
Kapan Kita akan naik mencapai derajat ini, saudaraku? Apakah
Kita akan membiarkan hidup Kita lewat dan pertemuan dengan Allah datang tanpa
upaya mencapai derajat ini? Bagaimana hari dan malam kita berlalu, amalan kita
sholat, puasa dan haji kita? Adakah pengaruhnyanya untuk menggapai derajat
Sayyiduna Ja'far Al Tayyar?