Ya, Allah, kumohon cinta-Mu
dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu
Ya, Allah, jadikanlah
Cintaku kepada-Mu melebihi
cintaku kepada diriku sendiri, terhadap kerluargaku
Dan air yang dingin (saat kehausan)
Bait do’a di atas adalah sebuah doa yang selalu dilantunkan
oleh Rasulullah SAW setiap pagi dan petang, saat siang dan malam dan saat
gembira maupun susah, bahkan setiap saat dan setiap detik. Sebuah doa
permintaan yang tumbuh dari kedalaman hati sang perindu Allah.
Rasulullah adalah satu-satunya manusia yang mempunyai kadar
mahabbah kepada Allah paling tinggi diantara manusia-manusia lain. Doalah sang
suri tauladan bagi semua manusia. Dial ah Nabi akhiruzzaman, penutup dari
nabi-nabi sebelumnya. Beliau memberikan contoh bagaimana harus memposisikan
diri sebagai hamba yang menanggung cinta kepada Tuhannya, jalan ini lah yang
kemudian diteruskan oleh para pencari Tuhan, oleh para perindu dan pecinta
Tuhan.
“Wahai Tuhan kami, jadikanlah cintaku kepada-Mu sebagai
sesuatu yang paling aku sukai, dan rasa takutku pada-Mu sebagai suatu rasa yang
paling dalam. Putuskanlah segala ketergantungan dunia dariku, dan gantilah
dengan rasa rindu untuk berjumpa dengan-Mu. Jika Engkau memberikan kepada ahli
dunia kesejukan harta mereka, maka jadikanlah kesejukan di dalam ibadahku”,
kata Nabi dalam salah satu do’a nya.
Kalau kita baca bait do’a di atas, betapa dalam cinta nabi
kepada Tuhan, sehingga tidak ada lagi didunia ini yang dinginkannya selain
mengharapkan cinta Allah semata.
Pernah suatu saat Aisyah, istri tercinta Nabi ingin menemui
Nabi, sedangkan beliau sendiri dalam kondisi tengelam dalam lautan mesra dengan
kekasihnya. Ketika beliau melihat Aisyah, baliau bertanya, “Siapa kamu?”
“Aisyah!” jawabnya
“Aisyah siapa?” tanya Nabi untuk kedua kalinya
“Aisyah anak As-Siddiq!”
“Siapa As-Shiddiq?”
“Ayah mertua Muhammad!”
“Siapa itu Muhammad?”
Mendengar pertanyaan terakhir dari suaminya, Aisyah hanya
bisa diam. Dia tahu betul bahwa Nabi, semaminya sedang tenggelam dalam lautan
cinta dengan Kekasihnya (Allah SWT).
Seperti itulah rasa cinta Muhammad kepada Tuhannya. Cinta
memang sering kali melupakan yang lain selain yang dicintainya. Dalam kehidupan
sehari-hari Nabi adalah seorang suami yang begitu mencintai istrinya, anaknya
dan keluarganya. Tetapi cintanya kepada Allah adalah sebuah cinta yang sangat
dasyat, cinta sejati yang melebihi cintanya kepada yang lain.
Cinta Nabi kepada Tuhan itulah yang selalu dijadikan dasar
ibadah oleh kaum sufi. Mereka berusaha menjadikan kehidupan Nabi yang penuh
cinta kasih sebagai suri tauladan dalam hidupnya sehari-hari. Para pecinta
Tuhan juga sangat mencinta Rasulullah sebagai tali penyambung untuk
menyampaikan cinta mereka kepada Tuhan.
Mencintai Rasulullah SAW adalah bagian dari ibadah kita
kepada Allah karena Allah mengatakan lewat firman-Nya dalam hadist qudsi,
“Mencintai yang Aku cinta maka Aku akan cinta”. Sangat disayangkan di zaman
sekarang ini ada sekelompok orang yang mengaku dirinya paling Islam, paling
bertauhid, paling mengikuti sunnah, namun mereka sangat melarang kita untuk
memuliakan Nabi dan memuliakan ulama-ulama pewaris Nabi. Mereka berusaha
memutuskan Wasilah kita kepada Rasulullah SAW dengan jalan menuduh orang-orang
yang ber wasilah kepada Rasulullah sebagai pembuat bid’ah, sesat dan bahkan
kafir.
Semoga Allah SWT senatiasa melimpahkan cinta-Nya kedalam
hati kita karena tanpa limpahan cinta Allah SWT sebagai pemilik cinta maka kita
tidak akan bisa mencintai-Nya.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin