Ketika terdengar sebutan nama Tarim pasti terlintas di benak
setiap pendengarnya adalah para wali yang penuh dengan karomah yang sangat
mengagungkan yang tumbuh sangat cepat dan banyak laksana rumput sebagai mana
doa Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq.
Yang perlu kita ketahui dan tak boleh terlupakan adalah
tanah subur tempat tumbuhnya para wali tersebut yaitu para wanita-wanita
solehah yang mampu mencetak ksatria-ksatria sejati.
Tidaklah ada seorang wali kecuali terlahir dari pangkuan
sang ibu. Karena ibu adalah penentu bagi seorang anak. Ibu adalah madrasah,
darinyalah keluar para kesatria atau pecundang.
Begitulah yang terjadi pada para wali yang ada di kota Tarim
mereka tidak terlepas dari peran para ibu. Dari agungnya para wanita di kota
Tarim sampai di jadikan tempat untuk bertawassul.
Sebagian orang soleh berkata jika ingin berdoa, agar
bertawasul pada wali yang ada di kota Tarim :
أدعوا باالسادات موطنهم تريم رجالهم وأطفالهم
ثم حريم
“Memohonlah kalian pada Allah dengan
bertawasul pada para pemimpin yang ada di kota Tarem baek para wali laki-laki
atau anak anak atau bahkan wali perempuan karena semua mereka adalah para
kekasih Allah” Subhanallah…
Taukah kalian siapakah ibu semua para wali yang ada di kota
Tarim itu? Ia adalah seorang wanita yang mulia yang penuh cahaya penuh wibawaan
yang lisannya di penuhi dzikir. Seorang wanita yang sangat terhormat dan
disegani penduduk bumi maupun penduduk langit.
Seorang wanita yang dari pangkuanya mucul kesatria
al-Baalawi. Seorang wanita yang namanya mampu menggetarkan orang yang
mendengarnya. Seorang wanita yang penuh kecintaan pada orang fakir, walaupun ia
seorang yang terhormat bahkan dari kecintaannya pada fakir miskin ia pun
disebut di segala kalangan sebagai Ummul Fuqoro’, ibu bagi orang orang faqir.
Dia adalah Hababah Zaenab binti Ahmad bin Imam Muhammad
Shohibul Mirbat bin Iman Ali Kholiq Qosam. Wanita yang berada di pusaran ilmu,
akhlaq serta kewaliannya. Ayahnya seorang wali al-Habib Ahmad bin Muhammad
Sohibul Mirbat. Para paman-pamannya juga wali diantaranya yaitu al-Habib Alwi
bin Muhammad Sohibul Mirbat (datuk para wali songo).
Sedangkan suaminya adalah rajanya para wali. Semua para wali
tunduk padanya bahkan yang dahulunya adalah guru, sekarang menjadi santrinya
dan berkata ia adalah lautan ilmu yang amat luas dan tanpa tepi. Ia adalah
Faqihil Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Sohibul Mirbat, Al-faqihil
Muqoddam kakek para ‘Alawiyyin pendiri Toriqoh sufi dan pendiri toriqoh
al-Ba’alawi.
Sedang anak-anak dari Hababah Zaenab adalah para wali yang
sangat mengagungkan. Kelima anaknya semua telah berhasil mencapai derajat yang
tinggi di Sisi Allah.
1) Sayyidina Alwi al-Ghuyur (pecemburu). Beliau sangat
cemburu jika ada yang namanya ‘Alwi di zamannya. Jika ada yang namanya ‘Alwi di
zaman beliau maka tidak akan berumur panjang, bahkan jika ada orang yang niat
bayinya akan lahir diberi nama Alwi tidak akan lahir kecuali jika sang ayah
bayi merubah nama bayi tersebut.
Beliau pernah naik perahu nahkodanya namanya ‘Alwi. Ketika
beliau tahu perahu tersebut berhenti, tidak bisa bergerak, Habib Alwi berkata,
“Kalau kau rubah nama nahkodamu, perahu ini akan jalan jika tidak tak akan
berjalan selamanya.”
Subhanallah…
Beliau Sayyidina Alwi juga di beri oleh Allah 3 keistimewaan
:Jika berkata Kun atau jadilah maka akan terjadi dengan izin Allah.
Menghidupkan dan mematikan dengan izin Allah. Dan Bisa mengetahui orang yang
celaka atau orang beruntung.
Sampai ayah Beliau Sayyidina Faqihil Muqoddam berkata :
“Wahai anakku Alwi apa yang kau liat di kening ayahmu.” Habib alwi : “Aku
melihat di keningmu wahai ayah, beruntung…! beruntung..! Dan beruntung…!”
2) Ali 3) Abdurrohman 4) Abdullah 5) Ahmad
Pada kesempatan yang lain insya Allah akan di ceritakan satu
persatu riwayat hidup putra-putra Hababah Zainab.
Hababah Zaenab adalah waliyah yang sangat di segani oleh
para wali bahkan suami beliau al-Faqihil Muqoddam ketika di tanya, “Wahai Faqih
begitu besar maqom yang kau miliki kepada siapakah engkau akan mewariskan dan
siapakah kholifahmu.” Al-Faqihil Muqoddam menjawab : “Istriku Zaenab Ummul
Fuqoro’ “
Oleh karena itu banyak sekali para salaf jika merasa salah
pada Sayyidina Faqihil Muqoddam mereka ketika berziaroh mereka mendatangi
Hababah Zaenab Ummul Fuqoro’ meminta belas kasih kemudian baru berziaroh pada Sayyidina
Faqihil Muqoddam..
Hababah Zaenab juga seorang waliyah yang sangat kasaf.
Ketika hujan mulai mengguyur daerah Demmun ( salah satu desa di pinggiran
Tarem) semua orang berteriak dengan riang, “Demmun… Demmun…” yang artinya hujan
malam ini akan lebat di desa Demmun jadi mereka bersiap siap mengatur ladang
mereka agar aliran air masuk ke ladang meraka. Maklum di Tarem hujan sangat
jarang. Hujan hanya 2 kali setahun sedang mereka mengambil air sangat jauh dan
sulit.
Mendengar hal itu Syekh Abi Sho’ masih keluarga Hababah
Zaenab bergegas keluar untuk menyiapkan jalan air menuju ladang nya. Ketika
Syekh Abi Sho’ keluar Hababah Zaenab berkata : “Wahai Abi Sho’ kembalilah malam
ini hujan deras buka di Demmun. Tapi di desa Gaidun. Ketika semua orang berteriak
“Demmun demmun!” aku mendengar suara awan berkata ‘Gaidun Ghoidun”
Subhanallah.. ternyata malam itu yang hujan deras adalah
desa Ghaidun. Padahal desa Goidun bisa di tempuh dengan perjalanan 3hari dari
Tarem di masa itu.
Beliau Hababah Zaenab memiliki keledai yang bisa digunakan
sebagai alat angkut Kurma dan barang lainnya. Subhanallah barokah menjadi
keledai seorang wali keledainya pun punyak keistimewaan.
Hababah Zaenab berkata “Ketika suamiku al-Faqihil Muqoddam
meninggal, aku mendengar kabar takziah langit dari keledaiku lebih banyak dari
pada kabar takziah manusia di bumi.”
Subhanallah…
Beliau Hababah Zaenab Ummul Fuqoro’ hidup setelah meninggal
nya sayyidina al-faqihil muqoddam kira-kira 16 tahun. Beliau Ummul Fuqoro’
meninggal pada hari Sabtu 12 Syawwal 699 Hijriyah.