Kalau hati sudah teracuni, banyak penyakit yang bakal muncul
di kemudian hari.
Racun-racun hati itu banyak macamnya, di antaranya adalah
berlebih-lebihan (banyak) bicara atau fudhulul kalam.
Dikatakan bahwa belumlah bisa istiqamah iman seseorang
sebelum istiqamah lisannya. Maka lurus dan istiqamahnya hati dalam memegang
keimanan itu dimulai dari lisan yang istiqamah.
Oleh karena itulah Islam mengajarkan kepada umatnya agar
tidak banyak bicara tanpa disertai dzikir kepada Allah, karena akan
mengakibatkan kerasnya hati. Dalam salah satu hadits shahih Rasulullah SAW
pernah bicara kepada sahabat Mu'adz:
"Apakah engkau mau aku tunjukkan yang menjadi landasan
itu semua (ibadah-ibadah)?"
"Baik, ya Rasulullah", jawab Mu'adz.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Cegahlah ini"
(sambil mengisyaratkan dengan jarinya pada mulutnya).
Lalu mu'adz berkata:
"Ya Rasulullah, apakah kita akan dimintai tanggung
jawab dari apa yang kita ucapkan?"
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Kamu wahai Mu'adz, tidaklah
seseorang akan ditelungkupkan wajahnya dan punggungnya ke dalam Neraka
melainkan karena hasil dari lisannya."
(Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi).
"Ada dua lubang yang paling banyak memasukkan manusia
ke dalam Neraka, yaitu mulut dan kemaluan."
(HR Ahmad, At-Tirmidzi dan di-shahih-kannya).
Dan tatkala Uqban bin Amir bertanya kepada Rasulullah:
"Ya Rasulullah, apakah sesuatu yang dapat menyelematkan kita?"
Lalu dijawab oleh Nabi : "Tahanlah olehmu
lisanmu."
Lalu dalam kesempatan lain Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang dapat memberi jaminan kepadaku dari
apa yang ada di antara jenggot dan kumisnya (lisan) dan kedua pahanya
(kemaluan), maka aku jamin untuknya Surga."
(HR. Al-Bukhari).
Maksud dalam hadits ini adalah, barangsiapa yang bisa memelihara
apa yang ada di antara kedua bibirnya, yaitu mulut dari semua perkataan yang
tidak bermanfaat dan bisa menjaga apa yang ada di antara kedua pahanya yaitu
farji agar tidak diletakkan di tempat yang tidak dihalalkan Allah, maka
jaminannya adalah Surga.
Kemudian dalam hadits yang lain Rasulullah SAW juga
bersabda:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beriman
kepada hari akhirat, hendaklah berbicara yang baik atau agar ia diam."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan dalam sutau riwayat dari Abu Hurairah Rasulullah SAW
bersabda:
"Sebagian dari tanda bagusnya Islam seseorang apabila
ia bisa meninggalkan ucapan yang tidak berguna baginya." Berkata Sahl:
"Barangsiapa yang masih suka bicara yang tidak berguna maka ia tidak layak
dikatakan shiddiq".
Apalagi bila ucapan seseorang sampai menyakiti orang lain
maka belum bisa dijadikan jaminan iman yang dimilikinya, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
"Demi Allah, tidaklah beriman, demi Allah tidaklah
beriman", kemudian ditanyakan siapakah gerangan yang engkau maksudkan
wahai Rasulullah?
Jawabnya, "orang yang menjadikan tetangganya merasa
tidak aman lantaran kejahatannya."
Hati yang tidak mengenal dengan Rabbnya, tidak melakukan
ibadah sesuai dengan apa yang diperintahkanNya, dicitaiNya dan diridhaiNya.
Bahkan selalu memperturutkan nafsu dan syahwatnya serta kenikmatan dan hingar
bingarnya dunia, walaupun ia tahu bahwa itu amatlah dimurkai oleh Allah dan
dibenciNya.
Ia tidak pernah peduli tatkala memuaskan diri dengan nafsu syahwatnya
itu diridhaiNya atau dimurkaiNya, dan ia menghambakan diri dalam segala bentuk
kepada selain Allah. Apabila ia mencintai maka cintanya karena nafsunya,
apabila ia membenci maka bencinya karena nafsunya, apabila ia memberi maka itu
karena nafsunya, apabila ia menolak maka tolakannya atas dasar nafsunya, maka
nafsunya sangat berperan dalam dirinya, dan lebih ia cintai daripada ridha
Allah
Dengan demikian maka hendaklah seorang mukmin mencukupkan
diri dari ucapan yang tidak berguna seperti berdusta, suka mengadu domba,
ucapan yang keji, ghibah, namimah, suka mencela, bernyanyi, menyakiti orang
lain dan lain sebagainya. Itu semua merupakan racun-racun hati sehingga apabila
seseorang banyak melakukan seperti ini maka hati akan teracuni dan bila hati sudah
teracuni maka lambat laun, cepat atau lambat akan mengakibatkan sakitnya hati,
semakin banyak racunnya akan semakin parah penyakit dalam hatinya, dan kalau
tidak tertolong akan mengakibatkan mati hatinya.
Ketahuilah bahwa semua maksiat dalam bentuk apapun adalah
merupakan racun bagi hati, penyebab sakitnya hati bahkan juga penyebab matinya
hati. Berkata Abdullah Ibnu Mubarak: "Meninggalkan dosa dan maksiat dapat
menjadikan hidupnya hati, dan sebaik-baik jiwa adalah yang mampu meniadakan
perbuatan dosa dalam dirinya.
Maka barangsiapa yang menginginkan hatinya menjadi hati yang
selamat hendaklah membersihkan diri dari racun-racun hati, kemudian dengan
menjaganya tatkala ada racun hati yang berusaha menghampirinya, dan apabila
terkena sedikit dari racun hati bersegeralah untuk menghilangkannya dengan
taubat dan istighfar.