Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari
daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu
akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al Jumuah 8 )
Sesuatu yang paling ditakuti oleh setiap orang adalah
kematian, berbagai usaha dilakukan untuk menghindarkan diri dari kematian.
Namun bagaimanapun usaha yang dilakukan jika datang saat ajal tidak seorangpun
dapat menghindar dari sergapannya. Kematian bisa datang setiap saat , kapan
saja tanpa bisa diduga sebelumnya.
Manusia terlalu asyik dengan kehidupan dunia sehingga
kebanyakan manusia tidak menyadari dan
tidak menyiapkan diri untuk menghadapi saat
datangnya ajal. Kematian bukanlah
akhir dari segalanya , justru kematian merupakan awal perjalanan panjang yang
tiada akhir. Orang yang cerdas dan mengerti mempersiapkan diri dan perbekalan
dengan sebaik baiknya untuk menghadapi
datangnya kematian itu. Mereka sadar betul bahwa dibelakang kematian masih ada
kehidupan panjang yang harus dilalui berupa alam barzakh, padang mahsyar, dan
kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Mereka sadar betul bahwa kehidupan
dunia ini tidak ada artinya dibandingkan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi
selama lamanya.
Orang yang dungu dan bodoh tapi merasa paling cerdas dan
pandai, tidak pernah peduli dengan kehidupan akhirat. Mereka hanya
mempersiapkan hidupnya untuk kehidupan dunia saja. Segala sesuatu diukur dengan
kesuksesan materi. Mereka hanya mempersiapakan hidupnya untuk sampai hari tua.
Mereka menabung, menanam investasi, ikut
berbagai asuransi, membangun rumah, gedung mewah,dan harta berlimpah untuk persiapan hari tua.
Mereka baru menyadari semua kekeliruan mereka itu tatkala nyawa sudah sampai ditenggorokan ,
dan semua itu sudah terlambat.
Setelah nyawa berpisah dari badan , mereka baru menyadari
kebodohan dan kekeliruan mereka . Dialam barzakh mereka berseru minta
dikembalikan hidup kedunian lagi untuk memperbaiki semua kebodohan dan
kekeliruan yang telah mereka lakukan selama hidup didunia sebagaimana disebutkan dalam surat Al Mukminun
ayat 99-100:
99. (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga
apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku
kembalikanlah aku (ke dunia). 100. agar aku berbuat amal yang saleh terhadap
yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan
yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka
dibangkitkan. (Al Mukminun 99-100)
Namun semua sudah terlambat , nasi sudah menjadi bubur .
Tidak ada jalan bagi mereka untuk kembali hidup kedunia , karena antara mereka
dan alam dunia ada barzakh (dinding) yang amat kokoh dan tidak bisa ditembus.
Tidak banyak hal yang kita ketahui tentang kehidupan dialam
barzakh dan proses keluarnya ruh dari tubuh ketika sakratul maut. Sejak dahulu
sampai sekarang belum ada orang yang berhasil menembus alam barzakh itu untuk
menceritakan pengalaman mereka dialam barzakh kepada kita yang hidup didunia ini.
Kita hanya dapat informasi tentang alam barzakh dari kitab suci Al qur’an atau
hadist yang disampaikan Rasulullah. Diantaranya adalah hadist terkenal dari al
Barro’ bin Azib:
Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, serta yang
selainnya, telah meriwayatkan dari hadits Al-Baro’ bin ‘Azib, bahwa suatu
ketika para sahabat berada di pekuburan Baqi’ul ghorqod. Lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi mereka. Beliau pun duduk. Sementara
para sahabat duduk disekitarnya dengan tenang tanpa mengeluarkan suara,
seakan-akan di atas kepala mereka ada burung. Mereka sedang menanti penggalian kubur se seorang
yang baru saja meninggal.
Ini menunjukkan bahwa tatkala seorang hamba berada di
pekuburan, dituntunkan kepada mereka
untuk bersikap tenang, diam, hening, dan tidak mengucapkan dzikir-dzikir
dengan suara yang keras. Terlebih lagi berbicara mengenai urusan-urusan dunia
yang fana. Dalam suasana yang seperti ini, hendaknya dia berpikir tentang
kematian yang akan menimpa setiap manusia tanpa terkecuali. Sudahkah dia
mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Ini membutuhkan perenungan yang dalam, sehingga melahirkan keimanan, ketakwaan,
dan amal sholeh yang diterima disisi Allah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat
kepalanya dan mengucapkan:
“Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur.”
Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Setelah itu,
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya bila seorang yang mukmin menghadap ke alam
akhirat dan meninggalkan alam dunia, turun kepadanya sejumlah malaikat berwajah
putih yang seolah-olah seperti matahari. Mereka membawa sebuah kain kafan dan
minyak wangi dari surga. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang.
Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat
pencabut nyawa berkata:
“Wahai jiwa yang
baik, keluarlah engkau kepada keampunan dan keridhoan Allah Subhanahu wa
Ta’ala.”
Maka nyawanya keluar dan mengalir seperti air yang mengucur
dari mulut wadah. Lalu malaikat pencabut nyawa mengambilnya. Nyawanya tidak
dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat pencabut nyawa dan segera
diambil oleh para malaikat yang berwajah putih tadi. Kemudian mereka
meletakkannya pada kain kafan dan minyak wangi surga yang telah mereka bawa.
Maka nyawanya mengeluarkan aroma minyak wangi misik yang paling terbaik di muka
bumi. Lalu mereka menyertainya untuk naik ke langit. Tidaklah mereka melewati
sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya: “Siapakah nyawa
yang baik ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan”, dan disebutkan
namanya yang paling terbaik ketika mereka memanggilnya di dunia.
Tatkala mereka telah sampai membawanya kelangit, mereka
meminta agar pintu langit dibukakan untuknya. Maka dari setiap langit dia
diiringi oleh para penjaganya sampai ke langit berikutnya. Demikianlah yang
akan terjadi hingga dia sampai ke langit yang disana ada Allah. Maka Allah
berfirman:
اكتبوا كتاب عبدي في عليين, و أعيدوه إلى
الأرض, فإني منها خلقتهم, وفيها أعيدهم, و منها أخرجهم تارة أخرى
“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku
(ini) berada di surga ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi.
Sungguh darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan
mengembalikan mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali
lagi”.
Kemudian nyawanya dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu
datanglah dua orang malaikat kepadanya. Keduanya bertanya, siapa Rabbmu? Maka
dia menjawab, Rabbku adalah Allah. Keduanya kembali bertanya, apa agamamu? Maka
dia menjawab, agamaku adalah islam. Keduanya kembali bertanya, siapa orang yang
telah diutus di tengah kalian ini? Maka dia menjawab, beliau adalah utusan
Allah. Keduanya kembali bertanya, siapakah yang telah mengajarimu? Maka dia
menjawab, aku membaca kitab Allah, beriman kepadanya dan membenarkannya.
Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit,
“Hambaku ini telah benar. Bentangkanlah untuknya permadani dari surga dan
bukakanlah sebuah pintu ke surga”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya diperluas
sejauh mata memandang. Lalu datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya,
pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu berkata, bergembiralah dengan segala
yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan.
Maka si mukmin bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang
datang dengan membawa kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang
sholih.” Lalu si mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah hari kiamat agar
aku kembali kepada keluarga dan hartaku”.
Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
“Adapun bila seorang yang kafir
meninggalkan alam dunia dan menghadap ke alam akhirat, turun kepadanya dari
langit sejumlah malaikat yang berwajah hitam legam. Mereka membawa sebuah kain
kafan yang buruk dan kasar. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang.
Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat
pencabut nyawa berkata,
“Wahai jiwa yang buruk, keluarlah
engkau kepada kemurkaan dan kemarahan Allah”.
Maka nyawanya tercerai berai di dalam jasadnya. Kemudian
malaikat pencabut nyawa merenggut nyawanya seperti mencabut besi pemanggang
daging dari bulu domba yang basah. Setelah malaikat pencabut nyawa
mengambilnya, tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangannya dan segera
diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam legam tadi. Lalu mereka
meletakkannya pada kain kafan (yang telah mereka bawa) itu. Sehingga keluarlah
dari nyawanya seperti bau yang sangat busuk di atas muka bumi.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati
sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya, siapakah nyawa
yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan” dan disebutkan
namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di dunia.
Kemudian mereka membawanya naik sampai ke langit dunia dan
dimintakan agar pintu langit di bukakan untuknya. Namun pintu langit tidak
dibukakan untuknya”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca
ayat yang berbunyi,
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan
menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka
pintu-pintu langit dan tidak (pula)
mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi
pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (Al A’raaf 40)
Selanjutnya Allah
Azza wa jalla berfirman,
“Catatlah oleh kalian bahwa
ketetapannya berada di (neraka) Sijjiin, di bumi yang paling bawah”.
Setelah itu, nyawanya benar-benar dilemparkan. Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
“Barangsiapa yang berbuat syirik
kepada Allah, Maka dia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung,
atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh”. (surat Al Hajj:ayat 31)
Demikianlah, nyawanya dikembalikan kedalam jasadnya. Maka
dua orang malaikat mendatanginya lalu mendudukkannya. Keduanya bertanya, “Siapa
Rabbmu?” Dia menjawab, “Hah.. hah..aku tidak tahu”. Keduanya kembali bertanya,
“Siapa orang yang telah diutus ditengah kalian ini?” Dia menjawab,
“Hah..hah..aku tidak tahu.” Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari
langit, “Dia telah berdusta, bentangkanlah untuknya permadani dari api neraka
dan bukakanlah sebuah pintu ke neraka.” Sehingga hawa panas dan racun neraka
pun menerpanya dan kuburnya dipersempit sampai tulang-tulang rusuknya saling
bergeser. Lalu datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya, pakainnya, dan
busuk baunya. Orang itu berkata, “Bergembiralah dengan segala yang akan
memperburuk keadanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan.”
Maka si kafir bertanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang
dengan membawa keburukan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk.”
Lalu si kafir berkata, “Wahai Rabbbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat”.
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah di
dalam kitabnya “Ahkamul Janaiz” (hal. 156-157) dan tahqiq beliau terhadap
“Syarh Aqidah Thahawiyyah” (hal. 397-398).
Demikianlah keadaan
orang mukmin dan orang kafir tatkala
meninggalkan alam dunia dan masuk ke dalam alam akhirat yang dimulai dengan
alam barzakh (alam kubur). Wallahu a’lam bi showab
Ketika manusia meninggalkan alam dunia bukan berarti
urusannya telah selesai. Dia akan mengalami alam kedua yaitu alam barzakh (alam
kubur). Alam ini merupakan pintu masuk ke dalam alam akhirat yang sesungguhnya.
Disebut dengan alam barzakh, karena makna barzakh adalah penutup atau perantara
bagi dua perkara. Maka alam barzakh adalah alam di antara alam dunia dan alam
akhirat. Di alam barzakh, manusia akan mengalami berbagai masalah yang
menandakan bahwa urusannya belum selesai dengan semata-mata meninggalkan alam
dunia. Saat melewati alam barzakh, pertama kali yang akan dihadapinya adalah
pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya, sebagaimana di dalam hadits Al Baro`
bin ’Azib yang terdahulu. Maka keberhasilannya di alam barzakh, mendapat
kebaikan atau keburukan, akan tergantung dengan kemampuannya dalam menjawab
pertanyaan dua malaikat itu.
Perlu diingat, bahwa di alam barzakh, jasad manusia tidak
akan mampu untuk menjawabnya. Yang akan menjawabnya adalah ruh dan jiwa manusia
yang telah diisi saat di alam dunia dengan kebaikan atau keburukan. Adapun
seorang yang mukmin niscaya akan dimudahkan oleh Allah untuk bisa menjawab
pertanyaan kubur yaitu tentang siapa Rabmu, apa agamamu, dan siapa nabimu.
Itulah yang Allah maksudkan dengan firman-Nya:
“Allah meneguhkan
(iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di
dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
Di dalam sebuah hadits yang shohih dari sahabat Al-Bara’ bin
‘Azib radhiyallahu ‘anhu , bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
“Seorang hamba yang muslim bila
ditanya di dalam kuburnya, niscaya dia akan bersaksi bahwasanya tidak ada
sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwasanya
muhammad adalah utusan Allah”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Itulah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat”. (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang yang mukmin akan mampu
mengucapkan dua kalimat syahadat “La ilaha illallah wa anna Muhammadan
Rasulullah”, baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Tatkala seorang hamba menghadapi pertanyaan dua malaikat
ini, maka dia akan menjawabnya sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu di
dunia. Oleh sebab itu, seorang hamba yang berbuat dosa-dosa besar dan tidak
bertaubat darinya, sangat mungkin disiksa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di
dalam kuburnya, walaupun dia seorang yang mukmin.
Telah datang sebuah hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda:
”Orang-orang yang berada di dalam
dua kubur ini, sungguh sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa karena
suatu masalah yang besar. Adapun salah satu dari keduanya, dahulu tidak mau
menjaga diri dari air kencing. Sedangkan yang lain, dahulu biasa berjalan untuk
mengadu domba”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan kepada kita sekalian bahwa dua orang
yang disiksa di dalam kuburnya itu dikarenakan dosa-dosa besar. Berarti yang
disiksa oleh Allah di alam kubur bukan hanya
karena kekafiran saja tetapi juga karena dosa-dosa besar. Nasalullah
salamah wal ‘afiah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil
sebuah pelepah kurma yang masih basah dan membelahnya menjadi dua bagian.
Beliau meletakkannya di masing-masing dua kubur ini dengan harapan semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala memperingan siksa keduanya, selama pelepah kurma itu masih
basah dan belum kering.
Demikianlah sedikit gambaran tentang saat keluarnya ruh dari
tubuh ketika proses sakratul maut dan beberapa kejadian sesudah itu yang
disampaikan Rasulullah pada kita. Mudah mudahan kisah diatas dapat memotivasi
kita untuk lebih bergiat mengerjakan amal saleh untuk menyiapkan perbekalan
kita menempuh perjalan panjang dialam barzakh kelak.