Sampailah kita di hari yang mulia ini, 17 Ramadhan, yang
mengingatkan kita kepada peristiwa Badr al-Kubra. Dimana diterangkannya bendera
pembela Sang Nabi Saw., pertamakali ketika beliau Saw. berhadapan dengan kaum
Muhajirin dan Anshar di Madinah al-Munawwarah sebelum menuju Badr al-Kubra,
maka di saat itulah wajah yang paling ramah, wajah yang paling indah, wajah
yang dikatakan oleh Sayyidina Anas bin Malik:
مَارَأَيْنَا مَنْظَرًا أَعْجَبُ مِنْ وَجْهِ
النَّبِي
“Tidak ada pemandangan kutemukan
lebih indah dari wajah Sang Nabi (Saw.), lebih menakjubkan dari wajah Sang
Nabi.”
Ketika berdiri kaum Muhajirin dan Anshar menghadap wajah
yang paling mulia, wajah yang paling sopan, wajah yang paling berkasih sayang
dari seluruh makhluk Allah, wajah yang dikatakan oleh Allah:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ ( القلم
: 4
“Sungguh engkau (Muhammad) memiliki
akhlak yang agung.” (QS. al-Qalam ayat 4).
Wajah yang selalu menjawab cinta dari semua umat bahkan dari
benda mati, demikian Sayyidina Nabi Muhammad Saw. Maka Rasulullah Saw. berkata:
“Bagaimana pendapat kalian?” Maka berkata salah seorang Anshar:
لَكَأَنَّكَ تُرِيْدُ مِنَّا يَارَسُولَ
اللهِ ؟
“Ya Rasulullah tampaknya engkau
menunggu pendapat kami?”
Maka Rasul Saw. berkata: “Betul, bagaimana pendapat kalian
wahai kaum Anshar?” Maka salah satu kaum Anshar berkata:
يَارَسُولَ اللهِ اِمْضِ بِنَا لِمَا أَرَدْتَ
فَنَحْنُ مَعَكَ, لَوْ اسْتَعْرَضْتَ بِنَا هَذَا اْلبَحْرَ فَخَضْتَهُ لَخَضْنَاهُ
مَعَكَ مَا تَخَلَّفَ مِنَّا رَجُلٌ وَاحِدٌ لَعَلَّ اللهُ يُرِيْكَ مِنَّا مَا تَقَرَّ
بِهِ عَيْنُكَ
“Wahai Rasul, kami akan ikut
bersamamu ke manapun engkau pergi. Jika engkau mengajak kami ke manapun kami
akan ikut. Jika engkau berdiri di depan lautan lalu masuk ke dasar lautan, kami
akan ikut dan tidak akan tersisa satu pun dari kami kecuali ikut denganmu.
Barangkali dengan itu kami bisa menggembirakan hatimu wahai Rasulullah.”
Inilah tujuan Muhajirin dan Anshar yang selalu ingin
menggembirakan hati Nabi Muhammad Saw. Mereka rela mati kesemuanya demi
menggembirakan hati Muhammad Rasulullah Saw.
فَسُرَّ وَجْهُ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ,
“Maka terlihat terang benderang dan
gembira wajah Rasul Saw.”
Maka mereka pun berangkat.
Hadirin hadirat, malam 17 Ramadhan malam munajat. Sang Nabi
berdoa ke hadirat Allah terangkat kedua tangannya hingga jatuh rida’nya (rida’
adala sorban di pundak) dari panjangnya doa beliau Saw. Diantara doa beliau
Saw. berdasarkan riwayat Shahih al-Bukhari:
اَللَّهُمَّ إِنْ تَشَأْ لَا تُعْبَدُ بَعْدَ
اْليَوْمِ …
“Wahai Allah aku risau kalau
seandainya kelompok kecil kami ini kalah, orang-orang yang banyak tidak siap
berperang, senjata terbatas tidak mampu berbuat apa-apa, kalau sampai kalah
kelompok ini dan habis dibantai. Aku risau tidak ada yang menyembahMu di muka
bumi, karena seluruh orang-orang, para da’i, para pembela Sang Nabi kumpul di
Badr, kalau semuanya dibantai maka habislah, tinggallah dhu’afa (orang-orang
lemah) di Makkah dan kaum wanita di Madinah. Maka setelah ini jangan-jangan
tidak ada lagi yang menyembahMu kalau sampai kelompok ini kalah.”
Demikian risaunya Sang Nabi, beliau mempunyai jiwa yang
risau, paling risau sesuatu menimpa umatnya inilah jiwa Sayyidina Muhammad,
inilah jiwa yang Allah katakan:
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ
عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
(التوبة : 128 )
“Sungguh telah datang kepada kalian
seorang Rasul dari jenis kalian sendiri, yang sangat menjaga kalian dan sangat
berat memikirkan apa yang menimpa kalian, dan sangat santun dan berkasih sayang
terhadap orang-orang yang beriman.”
(QS. at-Taubah ayat 128).
Inilah Sayyidina Muhammad Saw. yang berdoa:
اَللَّهُمَّ ثَقِّلْ عَلَيَّ مَوْتِيْ وَخَفِّفْ
عَلَى أُمَّتِيْ
Sampai di saat musibah yang paling dahsyat di dunia ini,
yaitu sakaratul maut seraya berdoa kepada Allah di saat beliau akan wafat: “Ya
Allah keraskan dan pedihkan sakaratul mautku dan ringankan untuk seluruh
umatku.”
Inilah doa Sayyidina Muhammad Saw., rela menerima kepedihan
sakaratul maut demi teringankan untuk umatnya. Maka, hadirin hadirat,
satu-satunya jiwa yang paling tidak tega melihat umatnya merintih di dalam api
neraka karena berdosa beliau bersujud untuk memohonkan syafaat untuk para
pendosa, inilah Muhammad Rasulullah Saw. pimpinan Ahlul Badr.
Maka mereka keluar dengan dua bendera hitam, satu bendera di
tangan Muhajirin satu bendera di tangan Anshar. Bendera Muhajirin di tangan
Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra., dan satu bendera di tangan kaum Anshar. Dan
Rasulullah Saw. berkata: “Janganlah kalian menyerang mereka sebelum mereka
menyerang kalian. Jangan ada yang bergerak dan berbuat sesuatu sebelum mereka
terlebih dahulu berbuat dan menyerang kita.”
Jumlah 313 orang, senjata tidak lengkap menghadapi 3000
pasukan musyrikin Quraisy dengan senjata lengkap dan kuda, pakai baju besi,
topi besi, senjata, pedang, siap tempurnya dengan pasukan kuda yang berlapis
baja pula, berhadapan dengan pasukan 313 orang, berapa puluh yang punya pedang,
lainnya bawa tombak, lainnya cuma punya panah, lainnya hanya bawa tongkat, dan
yang lainnya membawa batu dan alat tani. Inilah keadaan mereka. Allah Swt.
berfirman:
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ
لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ ( الأنفال :
9
“Jika kalian berdoa dan bermunajat
meminta pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankanNya bagimu, sesungguhnya
Aku (Allah) akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang
datang berturut-turut.” (QS. al-Anfal ayat 9).
Berkata Abu Sa’id dari kaum Anshar: “Aku buta sejak perang
Badr. Kalau seandainya aku tidak buta, aku bisa perlihatkan kalian di mana
turunnya pasukan malaikat dari belahan langit di wilayah Badr, karena kejadian
itu terjadi di wilayah yang dinamakan Badr tahun ke-2 Hijriah pada hari Jum’at
17 Ramadhan.”
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah. Demikian indahnya
peperangan Badr al-Kubra ini. Ketika Sayyidina Abu Thalhah al-Anshari Ra. yang
sangat mencintai Sang Nabi Saw., yang berlutut di tengah-tengah peperangan
seraya berkata kepada Rasulullah:
وَجْهِيْ لِوَجْهِكَ اْلوِقَاءُ وَنَفْسِيَ
لِنَفْسِكَ اْلفِدَاءُ
“Wajahku ini siap menjadi tameng
bagi segala serangan di wajahmu ya Rasul, jiwa dan ragaku siap untuk
membentengimu wahai Nabi dari segala panah dan senjata.”
Maka orang seperti Abu Thalhah ini kata Rasul Saw.: “Abu
Thalhah ka alf min ummati (Abu Thalhah seperti 1000 orang kekuatannya dalam
umatku ). Demikian keadaan para pencinta Rasul Saw. yang mempunyai kekuatan
yang demikian dahsyat.
Diriwayatkan bahwa Abu Thalhah ini di dalam peperangan Badr
pedangnya jatuh karena kantuknya, karena sepanjang malam qiyamullail di saat
perang terjatuh pedangnya. Bagaimana manusia perang dengan hawa nafsu, kalau ia
perang dengan hawa nafsu tentunya ia tidak akan bisa memejamkan mata sekejap
pun dari melihat serangan pedang 3000 orang pasukan kuffar Quraisy dengan
senjata lengkap masih bisa terkantuk-kantuk, menunjukkan mereka memang
mempunyai jiwa-jiwa yang suci dan damai, bahkan Sang Nabi mengatakan: “Jangan
menyerang sebelum mereka menyerang.”
Demikian hadirin hadirat, manusia yang paling tidak
menghendaki permusuhan walau terhadap orang-orang yang paling jahat memusuhi
beliau, bahkan pada saat perang Uhud ketika panah besi menembus rahang beliau,
dan beliau Saw. roboh maka saat itu berdiri Sayyidina Abu Thalhah di depan
beliau, dan Rasul berdiri lagi untuk melihat keadaan pasukannya yang kacau
balau karena diserang kaum kuffar, maka Abu Thalhah berkata: “Tetap duduk wahai
Rasul jangan berdiri sungguhh…
وَجْهِيْ لَيْسَ بِوَجْهِكَ وَصَدْرِيْ
لَيْسَ بِصَدْرِكَ
“Badr (wajahku bukan wajahmu, dadaku
bukan dadamu), biar aku yang kena serangan panah jangan engkau kena serangan
lagi, tetap di tempatmu wahai Rasul.”
Dan Rasul sudah mengalir darah, karena panah besi menghantam
dari perisai baja yang ada di tangan Sang Nabi dan sedemikian kerasnya sampai
menembus baja tersebut dan menembus tulang rahang beliau. Maka Sayyidatuna
Fathimah az-Zahra Ra. dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw., diriwayatkan di
dalam Shahih al-Bukhari datang kepada Nabi dan membersihkan darah yang mengalir
dari wajah beliau.
Al-Imam Ibn Hajar al-Asqalani di dalam Fathul Bari bi Syarh
Shahih al-Bukhari menjelaskan bahwa Rasul memegang rida’nya (sorban di pundak
yang sering juga dililitkan di leher beliau Saw.), menahan jangan sampai darah
jatuh ke tanah. Maka para sahabat berkata: “Biar dulu darahnya jatuh ke tanah
wahai Rasul, kita urus panah besi di rahangmu masih menempel.”
Maka Rasul berkata: “Kalau ada darah dari wajahku jatuh ke
tanah, Allah akan tumpahkan bala’ untuk mereka.” Maka Rasul tidak ingin bala’
ini tumpah pada mereka yang memerangi beliau, inilah Sayyidina Muhammad Sa.
Panah besi menembus rahang beliau, beliau masih sibuk menjaga jangan sampai
setetes darah jatuh ke tanah, karena nanti Allah akan murka kalau sampai ada
setetes darah dari wajah beliau jatuh ke bumi, Allah akan menumpahkan bala’
untuk mereka. Rasul masih ingin mereka masuk Islam lalu keturunannya mendapat
hidayah. Demikian manusia yang paling indah Sayyidina Muhammad Saw. Perang Badr
berakhir dengan kemenangan.
Hadirin, Sayyidina Utsman bin Affan Ra., yang saat akan
berangkat ke Badr terkena musibah karena istrinya sakit. Sayyidina Utsman mau
meninggalkan istrinya namun ia tidak berani karena istrinya adalah putri
Rasulullah Saw., baginya peperangan Badr belakangan, ini putri Sayyidina
Muhammad Saw. Maka Sayyidina Utsman berkata: “Ya Rasulullah, putrimu sakit aku
mohon ijin.”
Maka Rasulullah berkata: “Kau tetap jaga putriku.”
Selesai perang Badr, maka Rasulullah Saw. bersabda: “Allah
telah berfirman kepada Ahlul Badr dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari:
اِعْمَلُوْا مَا شِئْتُمْ يَاأَهْلَ اْلبَدْرِ
قَدْ غَفَرَ اللهُ ذُنُوْبَكُمْ مَاتَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرَ
“Beramallah semau kalian wahai ahlul
Badr, karena Allah telah mengampuni dosa kalian yang telah lalu dan yang akan
datang.”
Maka Sayyidina Utsman berkata: “Ya Rasulullah, aku tidak
hadir perang Badr, aku menjaga putrimu.” Maka Rasulullah berkata: “Kau dapat
pahala Badr, dan kau dalam kelompok Ahlul Badr.”
Demikian hadirin hadirat, karena beliau (Sayyidina Utsman)
menjaga putri Rasul, mengorbankan hadir dari perang Badr maka Allah memberikan
baginya pahala kemuliaan Badr al-Kubra. Inilah indahnya sunnah Nabi kita
Muhammad Saw.: “Berbuatlah semampunya.”
Semoga Allah Swt. memuliakan kita dalam rahasia keagungan
Badr al-Kubra ini dan kemuliaan Nuzulul Quran. Rabbi… Rabbi… halalkan seluruh
wajah kami mendapatkan cahaya kemuliaan Nuzulul Quran, pastikan kami semua
kelak dalam kelompok Ahlul Badr, ketika dipanggil di yaumul qiyamah wahai Ahlul
Badr berdirilah, pastikan kami berdiri diantara para pencinta Ahlul Badr. Ya
Rahman Ya Rahim Ya Dzal Jalali Wal Ikram.
Jika kelak di yaumul qiyamah masing-masing kelompok
dipanggil dengan pencintanya, kelompok pezina, kelompok pemabuk, masing-masing
berdiri dengan kelompoknya, maka di saat itu akan dipanggil pula di mana
kelompok Ahlul Badr, semoga aku dan kalian berdiri dalam kelompok Ahlul Badr.
Semoga aku dan kalian tidak berdiri saat dipanggil mana kelompok penggunjing,
mana kelompok pendusta, mana kelompok pencaci, mana kelompok pendosa.
Rabbi… jangan Engkau berdirikan (kami) diantara mereka.
Pastikan ketika Ahlul Badr dipanggil kami ikut berdiri diantara mereka para
pecinta Ahlul Badr, yang telah disabdakan oleh Nabi kami:
اَلْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Seseorang bersama dengan orang yang
dicintainya.”
Rabbi… kami rindu wajah-wajah Ahlul Badr al-Kubra, kami
rindu melihat wajah-wajah damai, kami rindu melihat wajah Khulafaur Rasyidin,
kami rindu melihat wajah Muhajirin dan Anshar, kami rindu memandang wajah
Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah, melihat wajah-wajah mulia. Ya
Dzal Jalali Wal Ikram Ya Dza ath-Thauli Wal In’aam Ya Rahman Ya Rahim.
Pastikan kami di dalam keberkahan dunia dan akhirat dalam
kebahagiaan dunia dan akhirat. Demi kemuliaan Badr al-Kubra jawablah seluruh
doa kami, hapuskan seluruh dosa kami, singkirkan segala kesulitan kami, jauhkan
musibah dari kami sejauh-jauhnya, jauhkan dari kami kemurkaan sejauh-jauhnya.
Ya Rahman Ya Rahim… damaikan kami, damaikan masyarakat kami,
damaikan bumi Jakarta, damaikan bangsa kami, tenangkan jiwa muslimin muslimat
(agar terhindar) dari perbuatan-perbuatan yang hina dan mungkar. Ya Rahman Ya
Rahim Ya Dzal Jalali Wal Ikram. Jadikan jiwa kami dan jiwa saudara-saudara kami
muslimin muslimat selalu risau jika ingin berbuat dosa, dan selalu tenang dan
senang jika ingin berbuat pahala.
Mari kita mengenal nama-nama para sahabat Rasulullah Saw.
Berikut ini adalah nama-nama para sahabat Rasulullah yang ikut serta dalam
perang Badar yang dipimpin langsung oleh Rasulullah (peperangan besar pertama
antara Muslimin dan Musyrikin).
Nama-nama Ahlul Badr
Nama-nama para sahabat Rasulullah Saw. yang ikut serta dalam
Perang Badr:
a. Kaum Muhajirin:
1. Bani Hasyim, Bani al-Muththalib:
1) Rasulullah Shollallahu ‘Alayhi wasallam., pemimpin para
Rasul bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim.
2) Hamzah bin Abdul Muththalib bin Hasyim, singa Allah,
singa RasulNya, dan paman Rasulullah Saw.
3) Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim.
4) Zaid bin Haritsah bin Syurahbil.
5) Anasah, mantan budak Rasulullah Saw.
6) Abu Kabsyah, mantan budak Rasulullah Saw. (Ibnu Hisyam
berkata: “Anasah berasal dari Habasyah, sedang Abu Kabsyah berasal dari
Persia.”).
7) Abu Martsad Kannaz bin Hishn bin Yarbu’ bin Amr.
8).Anak Kannaz yang bemama Martsad bin Abu Martsad, sekutu
Hamzah bin Abdul Muththalib.
9) Ubaidah bin al-Harits bin al-Muththalib.
10) Saudara Ubaidah bin al-Harits yang bernama ath-Thufail
bin al-Harits.
11) Saudara Ubaidah bin al-Harits yang lain yang bernama
al-Hushain bin al-Harits.
12) Misthah. Nama lengkapnya Auf bin Utsatsah bin Abbad bin
al-Muththalib.
2. Bani Abdu Syams dan Mantan-mantan Budaknya:
1) Utsman bin Affan bin Abu al-Ash bin Umaiyyah bin Abdu
Syams. Utsman bin Affan sebenarnya tidak hadir di Perang Badar karena menjaga
istrinya, Ruqaiyyah binti Rasulullah Saw., kemudian Rasulullah Saw. memberinya
satu bagian dari rampasan perang. Utsman bin Affan berkata: “Pahalaku,
bagaimana Rasulullah?” Rasulullah Saw. bersabda: “Engkau juga mendapatkan
pahala.”
2) Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi’ah bin Abdu Syams.
3) Salim, mantan budak Abu Hudzaifah.
3. Bani Asad bin Khuzaiman, Sekutu Bani Abdu Syams:
1) Abdullah bin Jahsy bin Ri’ab bin Ya’mur bin Shabrah bin
Murrah bin Kabir bin Ghanm bin Dudan bin Asad.
2) Ukkasyah bin Mihshan bin Hurtsan bin Qais bin Murrah bin
Kabir bin Ghanm bin Dudan bin Asad.
3) Syuja’ bin Wahb bin Rabi ah bin Asad bin Shuhaib bin
Malik bin Kabir bin Ghanm bin Dudan bin Asad.
4) Saudara Syuja’ yang bernama Uqbah bin Wahb.
5) Yazid bin Ruqaisy bin Ri’ab bin Ya’mur bin Shabrah bin
Murrah bin Kabir bin Ghanm bin Dudan bin Asad.
6) Abu Sinan bin Mihshan bin Hurtsan bin Qais. Ia saudara
kandung Ukasyah bin Mihshan.
7) Anak Sinan yang bernama Sinan bin Abu Sinan.
8).Muhriz bin Nadhlah bin Abdullah bin Murrah bin Kabir bin
Ghanm bin Dudan bin Asad.
9) Rabi’ah bin Aktam bin Sakhbarah bin Amr bin Lukaiz bin
Amir bin Ghanm bin Dudan bin Asad.
4. Sekutu Bani Kabir bin Ghanm:
1) Tsaqfu bin Amr.
2) Saudara Tsaqfu yang bernama Malik bin Amr.
3) Saudara Tsaqfu yang lain, yaitu Mudlij bin Amr. (Ibnu
Hisyam berkata: “Midlaj bin Amr.”).
4) Abu Makhsyi, sekutu mereka.
5. Bani Naufal bin Abdu Manaf:
1) Utbah bin Ghazwan bin Jabir bin Wahb.
2) Khabbab, mantan budak Utbah bin Ghazwan.
6. Bani Asad bin Abdul Uzza:
1) Az-Zubair bin al-Awwam bin Khuwailid bin Asad.
2) Hathib bin Abu Baita’ah.
3) Sa’ad, mantan budak Hathib bin Abu Balta’ah.
7. Bani Abduddaar:
1) Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddaar
bin Qushai.
2) Shuwaibith bin Sa’ad bin Huraimalah bin Malik bin Umailah
bin as-Sabbaq bin Abduddaar bin Qushai.
8. Bani Zuhrah bin Kilab:
1) Abdurrahman bin Auf bin Abdu Manaf bin Abdul Harits bin
Zuhrah.
2) Sa’ad bin Abi Waqqash. Abu Waqqash ialah Malik bin Uhaib
bin Abdu Manaf bin Zuhrah.
3) Saudara Sa’ad bin Abi Waqqash yang bernama Umair bin Abi
Waqqash.
9. Sekutu-sekutu Bani Zuhrah bin Kilab:
1) Al-Miqdad bin Amr bin Tsa’labah.
2) Abdullah bin Mas’ud bin al-Harits.
3) Mas’ud bin Rabi’ah bin Amr bin Sa’ad.
4) Dzu asy-Syamalain bin Abdu Amr bin Nadhlah bin Ghubsyan
bin Sulaim.
5) Khabab bin al-Arat.
10. Bani Taim bin Murrah:
1) Abu Bakar ash-Shiddiq.
2) Bilal bin Rabah, mantan budak Abu Bakar.
3) Amir bin Fuhairah.
4) Shuhaib bin Sinan dari an-Namir bin Qasith.
5) Thalhah bin Ubaidillah bin Utsman bin Amr bin Ka’ab bin
Sa’ad bin Taim. Tadinya Thalhah berada di Syam. Ia tiba di Madinah setelah
Rasulullah Saw. pulang dari Badar. Ia berbicara dengan Rasulullah Saw.,
kemudian beliau Saw. memberinya satu bagian dari rampasan perang. Thalhah bin
Ubaidillah bertanya: “Bagaimana dengan pahalaku, wahai Rasulullah?” Rasulullah
Saw. bersabda: “Engkau juga mendapat pahala.”
11. Bani Makhzum:
1) Abu Salamah bin Abdul Asad. Nama asli Abu Salamah ialah
Abdullah bin Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum.
2) Syammas bin Utsman bin asy-Syarid bin Suwaid bin Harmi
bin Amir bin Makhzum.
3) Al-Arqam bin Abu al-Arqam.
4) Ammar bin Yasir.
5) Muattib bin Auf bin Amir bin al-Fadhl bin Afif bin Kulaib
bin Hubsyiyah.
12. Bani Adi bin Ka’ab dan Sekutunya:
1) Umar bin Khaththab.
2) Saudara Umar, Zaid bin Khaththab.
3) Mihja’ maula Umar bin Khaththab.
4) Amr bin Suraqah bin al-Mu’tamir bin Anas.
5) Abdullah bin Suraqah.
6) Waqid bin Abdullah bin Abdu Manaf.
7) Khauli bin Abu Khauli, sekutu Bani Adi bin Ka’ab.
8).Malik bin Abu Khauli, sekutu Bani Adi bin Ka’ab.
9) Amir bin Rabi’ah, sekutu keluarga Khaththab.
10) Amir bin al-Bukair bin Abdu Yalail bin Nasyib bin
Ghiyarah.
11) Aqil bin al-Bukair, sekutu Bani Adi bin Ka’ab.
12) Khalid bin al-Bukair, sekutu Bani Adi bin Ka’ab.
13) Iyas bin al-Bukair, sekutu Bani Adi bin Ka’ab.
14) Sa’id bin Zaid bin Amr. Tadinya Sa’id bin Zaid berada di
Syam. Ia tiba di Madinah setelah Rasululah Saw. tiba dari Badar, kemudian Sa’id
bin Zaid berbicara dengan Rasulullah Saw., kemudian Rasulullah Saw. memberinya
satu bagian dari rampasan perang. Sa’id bin Zaid
berkata: “Bagaimana dengan pahalaku, wahai Rasulullah?” Rasulullah Saw.
bersabda: “Engkau juga mendapat pahala.”
13. Bani Jumah bin Amr:
1) Utsman bin Madz’un bin Habib bin Wahb bin Hudzafah bin
Jumah.
2) Anak Utsman bin Madz’un yang bernama as-Saib bin Utsman.
3) Saudara Utsman bin Madz’un yang bernama Qudamah bin Madz’un.
4) Saudara Utsman bin Madz’un yang lain yang bernama
Abdullah bin Madz’un.
5) Ma’mar bin al-Harits bin Ma’mar bin Habib bin Wahb bin
Hudzafah bin Jumah.
14. Bani Sahm bin Amr:
1) Khunais bin Hudzafah bin Qais bin Adi bin Su’aid bin
Sahm.
15. Bani Amir bin Luai dan Sekutunya:
2) Abu Sabrah bin Abu Ruhm bin Abdul Uzza bin Abu Qais bin
Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl.
3) Abdullah bin Makhramah bin Abdul Uzza bin Abu Qais bin
Abdu Wudd bin Nashr bin Malik.
4) Abdullah bin Suhail bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd
bin Nashr bin Malik bin Hisl. la berangkat bersama ayahnya, Suhail bin Amr.
Ketika orang-orang Quraisy tiba di Badar, ia lari kepada Rasulullah Saw.
kemudian menyaksikan Perang Badar bersama Rasulullah Saw.
5) Umair bin Auf, mantan budak Suhail bin Amr.
6) Sa’ad bin Khaulah, sekutu Bani Amir bin Luai.
16. Bani al-Harits bin Fihr:
1) Abu Ubaidah bin al-Jarrah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah
bin al-Harits.
2) Amr bin al-Harits bin Zuhair bin Abu Syaddad bin Rabi ah
bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin al-Harits.
3) Suhail bin Wahb bin Rabiah bin Hilal bin Uhaib bin
Dhabbah bin al-Harits.
4) Saudara Suhail bin Wahb yang bemama Shafwan bin Wahb.
5) Amr bin Abu Sarh bin Rabiah bin Hilal bin Uhaib bin
Dhabbah bin al-Harits.
b. Kaum Anshar dari Kabilah Khazraj:
1. Bani Abdul Asyhal bin Jusyam:
1) Sa’ad bin Muadz bin an-Nu’man bin Umruul Qais bin Zaid
bin Abdul Asyhal.
2) Amr bin Mu’adz bin an-Nu’man bin Umruul Qais bin Zaid bin
Abdul Asyhal.
3) Al-Harits bin Aus bin Muadz bin an-Nu’man.
4) Al-Harits bin Anas bin Raft’ bin Umruul Qais.
2. Bani Ubaid bin Ka’ab bin Abdul Asyhal:
1) Sa’ad bin Zaid bin Malik bin Ubaid.
3. Bani Zaura bin Abdul Asyhal:
2) Salamah bin Salamah bin Waqasy bin Zughbah bin Zaura.
3) Abbad bin Bisyr bin Waqasy bin Zughbah bin Zaura.
4) Salamah bin Tsabit bin Waqasy.
5) Raff bin Yazid bin Kurz bin Sakan bin Zaura.
6) Al-Harits bin Khazamah bin Adi bin Ubai bin Ghanm bin
Salim bin Auf bin Amr bin Auf bin al-Khazraj.
7) Muhammad bin Masalamah bin Khalid bin Udai Majda’ah bin
Haritsah bin al-Harits.
8).Salamah bin Aslam bin Harisy bin Udai bin Majda’ah bin
Haritsah bin al-Harits.
9) Abu al-Haitsam bin at-Tayyahan.
10) Ubaid bin at-Tayyahan. (Ibnu Hisyam berkata: “Ada yang
mengatakan Utaik bin at-Tayyahan.”).
11) Abdullah bin Sahl. (Ibnu Hisyam berkata: “Abdullah bin
Sahl adalah saudara Bani Zaura. Ada lagi yang mengatakan ia berasal dari
Ghassan.”).
4. Bani Sawad bin Dzafar:
1) Qatadah bin an-Nu’man bin Zaid bin Amir bin Sawad.
2) Ubaid bin Aus bin Malik bin Sawad.
5. Bani Abd bin Rizah dan Sekutu-sekutunya:
1) Nashr bin al-Harits bin Abd.
2) Muattib bin Abd.
3) Abdullah bin Thariq sekutu Bani Abd bin Rizah dari Bali.
6. Bani Haritsah bin al-Harits
1) Mas’ud bin Sa’ad bin Amir bin Adi bin Jusyam bin Majda’ah
bin Haritsah. (Ibnu Hisyam berkata: “Mas’ud adalah anak Abdu Sa’ad.”).
2) Abu Absu bin Jabr bin Amr bin Zaid bin Jusyam bin
Majda’ah bin Haritsah.
3) Sekutu Bani Haritsah bin al-Harits dari Bali adalah Abu
Burdah bin Niyar.
7. Bani Auf bin Amr:
1) Ashim bin Tsabit bin Qais. Qais adalah Abu al-Aqlah bin
Ishmah bin Malik bin Amah bin Dzubafah.
2) Muattib bin Qusyair bin Mulail bin Zaid bin al-Aththaf
bin Dzubafah.
3) Abu Mulail bin al-Az ar bin Zaid bin al-Aththaf bin
Dzubai’ah.
4) Amr bin Ma bad bin al-Az ar bin Ziad bin al-Aththaf bin
Dzubai’ah. (Ibnu Hisyam berkata: “Ada yang mengatakan Umair bin Ma’bad.”).
5) Sahl bin Hunaif bin Wahib bin al-Ukaim bin Tsalabah bin
Majda’ah bin al-Harits bin Amr. Ada yang mengatakan Amr adalah Bahzaj bin
Hanasy bin Auf bin Amr bin Auf.
8. Bani Umaiyyah bin Zaid:
1) Mubasysyir bin Abdul Mundzir bin Zanbar bin Zaid bin
Umaiyyah.
2) Rifa’ah bin Abdul Mundzir bin Zanbar.
3) Sa’ad bin Ubaid bin an-Nu’man bin Qais bin Amr bin Zaid
bin Umaiyyah.
4) Uwaim bin Sa’idah.
5) Rafi’ bin Anjadah. (Anjadah adalah ibu Rafi’ seperti
dikatakan Ibnu Hisyam).
6) Ubaid bin Abu Ubaid.
7) Tsa’labah bin Hathib.
Para ulama berpendapat bahwa Abu Lubabah bin Abdul Mundzir
dan al-Harits bin Hathib keluar bersama Rasulullah Saw. ke Badar, kemudian
Rasulullah Saw. mengembalikan keduanya. Rasulullah Saw. menunjuk Abu Lubabah
sebagai wakil beliau di Madinah. Rasulullah Saw. memberi jatah masing-masing
satu bagian dari rampasan perang bersama Mujahidin Perang Badar. (Ibnu Hisyam berkata:
“Rasulullah Saw. mengembalikan keduanya dari ar-Rauha’.”).
9. Bani Ubaid bin Zaid dan Sekutu-sekutunya:
1) Unais bin Qatadah bin Rabia bin Khalid bin al-Harits bin
Ubaid.
2) Ma’nu bin Adi bin al-Jaddi bin al-Ajlan bin Dzubai’ah,
sekutu Bani Ubaid bin Zaid dari Bali.
3) Tsabit bin Aqram bin Tsa’labah bin Adi bin al-Ajlan,
sekutu Bani Ubaid bin Zaid dari Bali.
4) Abdullah bin Salamah bin Malik al-Harits bin Adi bin
al-Ajlant sekutu Bani Ubaid bin Zaid dari Bali.
5) Zaid bin Aslam bin Tsa’labah bin Adi bin al-Ajlan, sekutu
Bani Ubaid bin Zaid dari Bali.
6) Rib’i bin Raff bin Zaid bin Haritsah bin al-Jaddi bin
al-Ajlan, sekutu Bani Ubaid bin Zaid dari Bali.
7) Ashim bin Adi bin al-Jaddi bin al-Ajlan ikut berangkat ke
Badar, namun Rasulullah Saw. menyuruhnya pulang dan memberinya satu bagian dari
rampasan perang.
10. Bani Tsa’labah bin Amr:
1) Abdullah bin Jubair bin an-Numan bin Umaiyyah bin
al-Burak. Nama al-Burak adalah Umru’ul Qais bin Tsa’labah.
2) Ashim bin Qais. (Ibnu Hisyam berkata: “Ashim adalah anak
Qais bin Tsabit bin an-Nu’man bin Umaiyyah bin Umruul Qais bin Tsa’labah.”).
3) Abu Dhayyah bin Tsabit bin an-Nu’man bin Umaiyyah bin
Umruul Qais bin Tsa’labah.
4) Abu Hannah. (Ibnu Hisyam berkata: “Abu Hannah adalah
saudara Abu Dhayyah. Ada yang memanggilnya Abu Habbah.”).
5) Salim bin Umair bin Tsabit bin Tsa’labah bin an-Nu’man
bin Umaiyyah Umruul Qais bin Tsa’labah. (Ibnu Hisyam berkata: “Tsabit bin Amr
bin Tsa’labah.”).
6) Al-Harits bin an-Nu’man bin Umaiyyah bin Umruul Qais bin
Tsa’labah.
7) Khawwath bin Jubair bin an-Nu’man. Rasulullah Saw.
memberinya satu bagian dari rampasan perang bersama Mujahidin Perang Badar.
11. Bani Jahjabah bin Kulfah dan Sekutu-sekutunya:
1) Mundzir bin Muhammad bin Uqbah.
2) Abu Aqil bin Abdullah bin Tsa’labah bin Baihan bin Amir
bin al-Harits.
12. Bani Ghanm bin as-Salm:
1) Sa’ad bin Khaitsamah bin al-Harits bin Malik bin Ka’ab
bin an-Nahhath bin Ka’ab bin Haritsah bin Ghanm.
2) Mundzir bin Qudamah bin Arafjah.
3) Malik bin Qudamah bin Arafjah.
4) Al-Harits bin Arafjah.
5) Tamim, mantan budak Bani Ghanm. (Ibnu Hisyam berkata:
“Tamim adalah mantan budak Sa’ad bin Khaitsamah.”).
13. Bani Muawiyah bin Malik dan Sekutu-sekutunya:
1) Jabr bin Atik bin al-Harits bin Qais bin Haisyah bin
al-Harits bin Umaiyyah bin Muawiyah.
2) Malik bin Numailah, sekutu Bani Muawiyah bin Malik dari
Muzainah.
3) An-Nu’man bin Ashar, sekutu Bani Muawiyah bin Malik.
Wallahu A’lam
Lahum al-Fatihah…
(diceritakan oleh ad-Da’i ilallah al-Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa pada Haul
Badr)