Manaqib Sayyidah Fatimah (29)


Air mata Sayyidah Fatimah pun membasahi pipi beliau, akan tetapi beliau dengan cepat mengusap air matanya karena tak ingin (takut) kesedihannya diketahui ibunya. Sedangkan Sayyidah Fatimah dan Ummu Kultsum merasakan sebuah rasa sedih di dalam hati mereka atas apa yang dilihatnya, bahwa ini adalah ibu mereka yang penuh kasih sayang dan penuh perhatian. Seseorang yang sangat dicintai oleh ayah mereka. Rasulullah Saw. tidak merasa sedih kecuali atas apa-apa yang menimpa Sayyidah Khadijah, dan Sayyidah Fatimah mengetahui hal itu. Jika telah pergi ibunya, siapakah yang akan menggantikan ibunya?

Tidakkah cukup kesedian ini?
Tidakkah cukup kepedihan ini setelah pergi Abi Thalib sedangkan dia adalah orang paling lembut dan sekarang ibunya harus pergi juga. Sayyidah Khadijah dan kedua anaknya saling berbincang-bincang dan memberi wasiat: "Wahai Fatimah.. Wahai Umm Kultsum.. Aku merasa ajalku telah tiba."

Sayyidah Khadijah terus memberikan wasiat-wasiatnya dan di antaranya yang terpenting dan sangat ditekankan adalah mewasiatkan untuk menjaga dan memperhatikan ayahnya.. (bersambung)