"Sesungguhnya orang-orang Mukmin yang sebenarnya adalah mereka
yang beriman kepada Alloh dan RosulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Alloh. Mereka itulah
orang-orang yang benar". (QS. Al Hujurat : 15)
Dua pemuda belia, Mu’adz dan Mu’awwidz, melesat bak elang
dengan pedang terhunus. Sasaran mereka adalah Abu Jahal, dan mereka pun
berhasil mengeksekusi sang dedengkot kafir Quraisy. Namun malang Mu’adz terluka
diserang putra Abu Jahal. Tangannya nyaris putus terkena sabetan pedang, hingga
menggelayut tertahan sedikit kulit. Saat ia merasa lengan ‘putung’ itu
menyulitkan geraknya, Mu’adz pun menginjak dan menariknya hingga putus! Ia lalu
melanjutkan pertempuran hingga meraih syahid di Perang Badar.
Itulah profil pemuda-pemuda yang gagah berani. Mereka tumbuh
menjadi sosok pejuang yang luar biasa. Prestasi agung ini terukir berkat
pembinaan dan didikan yang mulia.
Ada beberapa faktor pembentuk karakter mujahid yang
mempengaruhi kepribadian anak :
1. Peran Orang Tua
Adalah Afra, Ibunda tujuh syuhada. Semuanya terjun ke kancah
perang Badar. Dua eksekutor Abu Jahal itu adalah putranya. Tiga putranya syahid
di Badar, dan yang lain syahid di perang Raji’, Bi’ru Maunah dan Yamamah. Ibu
yang luar biasa ini telah berhasil menanamkan jiwa kepahlawanan pada
putra-putranya. Ia selalu memotivasi anak-anaknya untuk meraih kemulian
tertinggi sebagai syuhada. Sang ibu pun mempersiapkan fisik dan mental mereka
untuk siap terjun ke kancah jihad.
Sejarah juga mencatat nama Khansa, sebagai ibunda para
syuhada. Ia mempersembahkan empat putranya memperkokoh barisan kaum muslimin.
Ketika semua telah syahid ia pun menangis sedih saat ia tak punya putra lagi
yang bisa ia sumbangkan untuk perjuangan Islam.
Itulah potret para ibu teladan dalam tinta emas sejarah.
Merekalah sang “Madrosatul Ula”. Semestinya setiap ibu dan orang tua menjadi
sosok pembentuk karakter dan pribadi robbani bagi anak-anaknya.
Proses pembinaan sudah mulai berjalan sejak dalam kandungan.
Dilanjutkan dengan masa kanak-kanak hingga dewasa kelak. Orang tua berperan
mengkondisikan anak agar bermental menjahid dengan mempersiapkan fisik dan
mentalnya juga lingkungan. Memulainya dengan melekatkan pribadi mujahid melalui
nama dan predikatnya. Mengenalkannya pada tokoh-tokoh mujahid sepanjang
sejarah. Menepatkannya pada lingkup sosial dan pergaulan yang menyuburkan sifat
patriotisme. Dan yang tak kalah penting membentuk pola pikir, imej, bahwa
kemuliaan hidup dan kebahagiaan hakiki hanya ada pada perjuangan fisabilillah.
Mati di jalan Alloh menjadi cita-cita tertinggi. Karena
begitu agung dan besarnya kemuliaan yang akan diraih seorang syuhada
sebagaimana dijelaskan dalam Hadist beberapa kemuliaan yang akan diberikan
kepada para Syuhada seperti bebas dari siksa kubur, masuk surga tanpa hisab,
dinikahkan dengan tujuh puluh bidadari serta dapat memberi syafaat di hari kiamat
pada anggota keluarga. Rosullulah Saw juga pernah bersabda, “Tidaklah kedua
mata kaki seorang hamba berdebu di jalan Alloh, melainkan Alloh mengharamkan
neraka atasnya” (Hadist Shahih diriwayatkan oleh Imam Yang Empat).
Ada hal penting yang harus dihindarkan orangtua dalam proses
pembinaan ini yaitu gaya hidup mewah. Kebiasaan hidup bersenang-senang,
hura-hura, memuja materi (hedonisme) dapat membuat hati menjadi keras, cinta
dunia yang berlebihan serta sifat sombong. Penyebutan kemewahan dalam Al Qur’an selalu dikaitkan dengan
celaan, misalnya : dalam QS. Hud : 116 “Dan orang-orang yang zalim hanya
mementingkan kenikmatan dan kemawahan. Dan mereka adalah orang-orang yang
berdosa.”
2. Peran Sekolah
“Kalau aku besar, ku jadi mujahid, dakwahkan khilafah ke
seluruh dunia, iman hijrah jihad, tegakkan syari’at, agar kita selamat, dunia
akhirat”.
Syair lagu tadi dinyanyikan dengan riang dan bersemangat
oleh santri TK – Khilafah Gudang Agen di sela kegiatan belajar. Kepala
Sekolahnya (Penulis. Red) sengaja memodifikasi lagu-lagu umum dan mengubah
syairnya untuk pembinaan karakter anak.
Ia sadar, materi pembelajaran di sekolah cukup berperan
membentuk mindset anak didik. Begitu juga dengan habit atau kebiasaannya.
Materi-materi pembelajaran di sekolah sangat berperan dalam pembentukan sikap
mental. Maka orang tua harus jeli dan hati-hati memilih sekolah. Dalam hal ini
keberadaan pendidikan berbasis Khilafah sangat urgen untuk memenuhi kebutuhan
umat. Penyusunan kurikulum dan jenjang pendidikan ditata sedemikian rupa agar
peserta didik kelak menjadi pribadi Rabbani dan bermental mujahid.
3. Peran Lingkungan
Umair menyelinap ke belakang barisan pasukan Badar. Saudara
Sa’ad Abu Waqqas yang baru berusia enam belas tahun itu khawatir Rosululloh
akan memergokinya. Ia yakin Beliau tak akan memberinya izin. Namun hasratnya
yang begitu kuat untuk ikut berperang menepis pesimisnya.
Ia pun menangis ketika Rosululloh Saw menyuruhnya pulang.
Namun akhirnya hati Rosululloh pun luruh melihat tekadnya yang sekeras cadas.
Umair pun melangkah tegap ke medan Badar. Ia membuktikan kesungguhannya dan
gelar syahidpun diraihnya.
Itulah sosok Umair. Betapa lingkungan telah menempa jiwa
satrianya. Diusia belia ia telah memiliki keberanian luar biasa. Tak heran jika
anak-anak Palestina juga begitu heroik. Situasi dan kondisi perang yang
meluluhlantakkan negerinya menjadikan mereka anak-anak berjiwa militan. Senjata
dan amunisi bagi mereka seperti mainan. Batu atau benda apa saja mereka gunakan
sebagai alat untuk mempertahankan diri. Darah dan air mata telah menjadi
sahabat mereka. Pelipur lara mereka adalah keyakinan yang kuat akan pertolongan
Allah SWT.
Wahai muslimah, tempalah diri dengan meneladani sosok-sosok
muslimah inspiratif sepanjang sejarah. Agar kita bisa setabah Sumayyah, setegar
Khansa, dan seheroik Afra.
Kelak generasi penerus kita akan bercermin pada sosok pemuda
pecinta syahid seperti Umair, putra-putra Afra dan Khansa juga anak-anak
Palestina. Mari kita persiapkan anak-anak kita menjadi generasi penegak
Khilafah yang siap berkorban demi tegaknya sistem Khilafah untuk meraih Izzatul
Islam Wal Muslimin.
“Sesungguhnya Alloh memberi dari orang-orang Mukmin, baik
diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang
di jalan Alloh; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai janji yang
benar dari Alloh di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih
menepati janjinya selain Alloh maka bergembiralah dengan jual beli yang telah
kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.”(QS. At Taubah :
111).