Setiap insan di muka bumi ini, siapaun dia, apapun kedudukan dan profesinya pasti menginginkan keberhasilan dalam hidupnya. Siapapun menginginkan yang terbaik dari apa yang dapat diberikan oleh kehidupan. Tidak seorang pun yang senang merangkak untuk hidup dalam kemiskinan. Tidak seorang pun mau menjadi manusia kelas kedua.
Tentunya tak semudah menendang bola di tengah lapangan, karena kesuksesan bukan hanya sekedar mencetak golsebanyak mungkin, namun yang terpenting adalah mampu mempertahankan kemenangannya hingga time over. Kesuksesan bukan milik orang yang selalu menghindar dari bebatuan besar ataupun gelombang pasang. Mereka selalu tegar, menciptakan perubahan, perbaikan dan peluang pada setiap detiknya. Karena hidup tak akan pernah terus menerus berada dalam satu kondisi. Hidup menghendaki perubahan, hingga saatnya berakhir dengan ajal.
Masih jelas terngiang dan terpatri dalam sanubari, tentang apa yang telah Habib Saggaf tuturkan pada milad beliau yang ke 64 : “ Jangan pernah merasa bahwa kamu tak akan menjadi apa-apa! Guru saya berkata kepada saya dengan tegas bahwa anak didikmu jikalau tidak menjadi orang Alim Besar, maka akan menjadi orang yang Kaya Raya. Tidak ada yang miskin, tapi syaratnya harus Ta’at.”
Dengan keyakinan yang mantap, belasan ribu manusia yang hadir serentak mengamini apa yang baru saja disampaikan oleh Pimpinan sekaligus Pendiri Yayasan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School dalam tausiyah beliau.
Beliau adalah figur yang spiritnya tak lekang dimakan waktu, tak pernah padam diterpa hujan. Bagi beliau, hidup bukan soal bagaimana kita ada (being)., tetapi bagimana kita menjadi (becoming). Menjadi seorang alim besar dan kaya raya bukanlah perkara mudah. Namun, beliau dengan mantap meyakininya atas anak didiknya, karena beliau adalah figur pemimpin yang visioner,dan selalu yakin bahwa semua bisa terwujud jika kita mampu menyempurnakan ikhtiar dan do’a kita dengan sebuah keyakinan.
Beberapa kebijaksanaan pencipta keberhasilan yang paling inspiratif ditemukan dalam untaian titah beliau : “al-yaqiinu al-‘ilmu kulluh” yang secara bebas dapat dimaknai bahwa keyakinan adalah kunci dari segala ilmu.
Tidak ada hal yang ajaib atau mistis mengenai kekuatan dan keyakinan. Keyakinan akan hasil yang besar merupakan kekuatan yang mengendalikan. Keyakinan adalah kekuatan dibalik kamus besar kesuksesan. Keyakinan akan keberhasilan merupakan bumbu dasar yang mutlak diperlukan bagi orang sukses.
Namun satu hal yang pantas diingatkan, bahwa terlena dengan keyakinan ‘buta’, hanya akan meninabobokkan kita pada kenyamanan berkhayal, ketentraman menunggu dan keterjebakan pada penyesalan. Dengan keyakinan penuh, seolah segala mimpi telah terwujud. Tentu bukan itu yang Habib Saggaf maksudkan. Keyakinan haruslah diimbangi dengan do’a dan usaha maksimal yang kemudian sampai pada tahap penyerahandiri sepenuhnya dalam naungan kasih sayang Allah SWT. Inilah yang akan mengantarkan kita untuk lebih faham tentang makna “wa man yatawakkal ‘alallahi fahuwa hasbuhu.”
Dan jika memang taat menjadi syarat mutlak atas kebenaran keyakinan itu, maka belajar yang giat, menghafal Al-Qur’an, menyempurnakan pengabdian dan tidak melakukan pelanggaran, menjadi hal wajib yang memberi penjelasan atas definisi sebenarnya dari kata “yakin”.
Akhirnya, jikalau kita bertanya tentang apa sebenarnya hal yang tidak mungkin dalam hidup? Maka, “habisnya kemungkinan” itulah jawaban yang menjadi keyakinan kita.
Wallahu a’lam bisshawab