“Ustadz Hasan adalah orang pertama yang membuka kembali
hubungan antara Yaman dan Indonesia setelah terputus puluhan tahun lamanya dan beliau yang mulai mengirimkan santrinya
untuk belajar di Yaman sehingga semua pahala orang yang belajar keYaman akan kembali
pahalanya kepada Al-Alim Al-Allamah Adda’i Ilallah Al-Ustadz Hasan Baharun.”
Demikian penuturan Habib Umar Bin hafidz di depan para santri dan ulama dalam
ziarohnya di Pondok Raci 2 tahun setelah wafatnya Habib Hasan Baharun.
Habib+Hasan BaharunAl Habib Hasan Baharun lahir di Sumenep
pada tanggal 11 Juni 1934 dan merupakan putra pertama dari empat bersaudara
dari Al Habib Ahmad bin Husein dengan Fathmah binti Ahmad Bachabazy. Adapun
silsilah dzahabiyah yang mulia dari beliau adalah Al Habib Hasan Bin Ahmad bin Husein bin
Thohir bin Umar Bin Baharun. Sejak kecil kedisiplinan dan kesederhanaan telah
ditanamkan oleh kedua orang tua beliau sehingga mengantarkannya tumbuh menjadi
sosok pribadi yang mempunyai akhlaq dan sifat yang terpuji.
Sejarah Pendidikan Ust. Hasan Baharun
Pendidikan agama selain diperoleh dari bimbingan kedua orang
tuanya ia dapatkan dari Madrasah Makarimul Akhlaq Sumenep dan dari kakeknya
yang dikenal sebagai ulama besar dan disegani di Kabupaten Sumenep yaitu Ustadz
Achmad bin Muhammad Bachabazy. Setelah kakeknya meninggal dunia beliau menimba
ilmu agama dari paman-pamannya sendiri yaitu Ust. Usman bin Ahmad Bachabazy dan
Ust. Umar bin Ahmad Bachabazy. Semangat belajar Ust. Hasan Baharun sejak kecil
memang dikenal rajin dan ulet, bahkan apabila bulan Ramadhan tiba beliau
belajar semalam suntuk, mulai sehabis tadarrus sampai menjelang shubuh. Beliau
belajar dan mendalami ilmu-ilmu agama khususnya ilmu fiqih serta menjadi murid kesayangan Al-Faqih
Al-Habib Umar Ba’aqil Surabaya.
Disamping pendidikan agama beliau juga menuntut pendidikan
ilmu umum mulai dari Sekolah Rakyat (SR / setingkat SD), Pendidikan Guru Agama
(PGA) 6 tahun dan hanya sampai di kelas
4 karena pindah dan melanjutkan ke SMEA di Surabaya.
Masa Remaja dan Pengalaman Organisasi Ust. Hasan Baharun
Semasa remaja beliau senang berorganisasi baik Remaja Masjid
ataupun organisasi lainnya seperti Persatuan Pelajar Islam (PII) bahkan beliau
pernah diutus untuk mengikuti Muktamar I PII se-Indonesia yang diselenggarakan
di Semarang. Dan pernah menjabat Ketua Pandu Fatah Al Islam di Sumenep. beliau
aktif pula di partai politik yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi
jurkam yang dikenal berani dan tegas menyampaikan kebenaran. Dan di Pasuruan
menjabat sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia ( MUI ) sampai akhir hayat
beliau.
Perjalanan dan Konsep Dakwah Ust. Hasan Baharun
Setelah menamatkan sekolah beliau sering mengikuti ayahnya
ke Masalembu untuk berda’wah sambil membawa barang dagangan. Keluarga Ustadz
Hasan pada saat itu dikenal ramah dan ringan tangan, apabila ada orang yang
tidak mampu membayar hutangnya disuruh membayar semampunya bahkan dibebaskan.
Sifat-sifat inilah yang diwarisi beliau yang dikenal apabila berdagang tidak
pernah membawa untung karena senantiasa membebaskan orang-orang yang tidak
mampu membayarnya.
Dan pada waktu berkeliling menjajakan dagangan beliau
dikenal suka membantu menyelesaikan
permasalahan dan konflik yang terjadi dimasyarakat serta senantiasa berusaha
mendamaikan orang dan tokoh-tokoh masyarakat yang bermusuhan.
Pada tahun 1966 beliau merantau ke Pontianak berda’wah
keluar masuk dari satu desa ke desa yang lainnya dan melewati hutan belantara
yang penuh lumpur dan rawa-rawa namun dengan penuh kesabaran dan ketabahan
semua itu tidak dianggapnya sebagai rintangan . Dengan penuh kearifan dan
bijaksana dikenalkannya dakwah Islam kepada orang-orang yang masih awam
terhadap Islam. Dan alhamdulillah dakwah yang beliau lakukan mendapat sambutan
yang cukup baik dari masyarakat ataupun tokoh-tokoh lainnya. Di setiap daerah
yang beliau masuki untuk berdakwah beliau senantiasa bersilaturahmi terlebih
dajhulu kepada tokoh masyarakat dan ulama/kyai setepat untuk memberitahu
sekaligus minta izin untuk berdakwah di daerah tersebut sehingga dengan budi
pekerti, akhlaq dan sifat-sifat yang terpuji itulah masyarakat beserta tokohnya
banyak yang simpati dan mendukung terhadap dakwah yang beliau lakukan.
Pada waktu melakukan dakwah beliau senantiasa membawa
seperangkat peralatan pengeras suara (Loadspeaker/Sound System) yang pada saat
itu memang masih langka di Pontianak sehingga dengan hal itu tidak merepotkan
yang punya hajat/mengundangnya untuk mencari sewaan pengeras suara. Dan tak
lupa pula beliau membawa satir/tabir untuk menghindari terjadinya ikhtilat
(percampuran) antara laki-laki dan perempuan dan perbuatan maksiat/dosa lainnya
yang akan menghalang-halangi masuknya hidayah Allah SWT., sedangklan pahala
dakwah yang beliau lakukan belum tentu diterima Allah SWT.
Berdagang yang beliau lakukan adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan dijadikan sarana pendekatan untuk berdakwah kepada
masyarakat. Kedermawanan dan belas kasihnya kepada orang yang tidak mampu
menyebabkan dagangannya tidak pernah berkembang karena keuntungannya diberikan
kepada masyarakat yang tidak mampu serta membebaskan orang yang tidak mampu
membayarnya. Selain itu pula beliau mempunyai keahlian memotret dan cuci cetak
film yang beliau gunakan pula sebagai daya tarik dan mengumpulkan massa untuk
didakwahi, karena pengambilan hasil potretan yang beliau lakukan sudah
ditentukan waktunya, sehingga aabila mereka sudah berkumpul sambil menunggu
cuci cetak selesai waktu menunggu tersebut diisi dengan ceramah dan tanya jawab
masalah agama.
Selain berdakwah beliau aktif pula di partai politik yaitu
Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas di
dalam menyampaikan kebenaran sehingga pada saat itu sempat diperiksa dan
ditahan. Namun pada saat itu masyarakat akan melakukan demonstrasi
besar-besaran apabila beliau tidak segera dikeluarkan dan atas bantuan pamannya
sendiri yang saat itu aktif di Golkar membebaskan beliau dari tahanan. Dan tak
lama setelah kejadian tersebut, sekitar tahun 1970 atas permintaan dan perintah
dari ibundanya, beliau pulang ke Madura dan disuruh untuk berdakwah di Madura
atau di Pulau Jawa saja. Namun karena kegigihan beliau selama 2 tahun masih
tetap aktif datang ke Pontianak untuk berdakwah walaupun telah menetap di Jawa
Timur.
Pada tahun 1972 beliau mengajar di Pondok Pesantren
Gondanglegi Malang mengembangkan Bahasa Arab, sehingga pondok Gondanglegi pada
saat itu terkenal maju dalam bidang Bahasa Arabnya.
Sejarah Pendirian Pondok dan Perkembangannya
Ma’had ini didirikan pada tahun
1981 di Bangil dengan menempati sebuah rumah kontrakan. Dengan penuh
ketelatenan dan kesabaran Ust. Hasan Baharunn mengasuh dan mendidik para
santrinya, sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat dan dalam waktu yang
relative singkat jumlah santri berkembang dengan pesat.
Selain membina santri putra, pada tahun 1983 pondok ini
menerima santri putri yang berjumlah 16 orang yang bertempat di daerah yang
sama. Dan pada tahun 1984 lokal pemondokan santri menempati sampai sebanyak 13
rumah kontrakan.
Atas petunjuk Musyrif Ma’had Darullughah Wadda’wah Abuya Sy.
Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, pada tahun 1985 Pondok Pesantren Darullughah
Wadda’wah dipindah ke Desa Raci.
Kesuksesan Ust. Hasan Baharun dalam berdakwah dan membangun
Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah tidak lepas dari peran besar dari seorang wanita sholihah yang sudah
terdidik dan terlatih kesabaran, kegigihan serta ketegarannya dalam menghadapi
kehidupan oleh ayahandanya Al-Habib Muhammad Al-Hinduan, beliau adalah Syarifah
Khodijah binti Muhammad Al-Hinduan, istri tercinta yang senantiasa dengan penuh ketabahan dan
kesabaran mendampingi pahit getirnya perjuangan serta senantiasa memberikan
semangat bagi sang suami. Bahkan jiwa besar dan perjuangannya ditunjukkan oleh ustadzah
ketika Ust. Hasan membutuhkan dana untuk pondok maka ustadzah dengan senang
hati menjual seluruh barang-barang berharga dan semua perhiasan yang
dimilikinya bahkan yang mengandung kenangan dan sejarah dijualnya pula.
Pada tanggal 23 Mei 1999 M bertepatan tanggal 8 Shafar 1420
H beliau berpulang ke rahmatullah, kemudianestafet kepemimpinan dilanjutkan
oleh putra beliau Al Ustadz Ali Zainal Abidin bin Hasan Baharun.
Pada tahun 2006 dibuka Pondok Pesantren II Darullughah
Wadda’wah yang berlokasi di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan
yang sekarang ditempati 334 santri putra untuk tingkat i’dadiyah dan kelas I
dan II ibtida’iyah.
Metode Pengkaderan dan Pendidikan Putra-putra Beliau
Dalam mendidik putra-putranya beliau sangat disiplin dan memperlakukan
putra-putranya seperti santri-santri
pada umumnya. Putra-putra beliau disuruh
tinggal di asrma/kamar santri, peraturan
yang berlaku untuk santri juga diberlakukan untuk putra-putra beliau, seperti
piket menyapu, mengepel, membersihkan kamar mandi dan lain sebagainya. Dan
apabila ketahuan ada santri memberi hadiah – uang atau membantu / menggantikan
piketnya maka putra beliau dan santri yang membantu tersebut akan diberikan
sanksi. Apabila putra beliau melanggar peraturan pondok akan menerima sanksi 2
kali lipat. Sehingga dengan kedisiplinan, kesederhanaan serta kemandirian yang
ditanamkan oleh beliau alhamdulillah
putra-putra beliau berhasil mengikuti jejak beliau menjadi ahli ilmu dan terjun
di dunia pendidikan dan dakwah. Bahkan untuk mengikat dan memberikan motivasi,
beliau mengatakan kepada putra-putranya bahwa mereka tidak berhak menggunakan
fasilitas pondok apabila tidakturut serta membantu pondok.
Pemikiran dan Konsep konsep Pendidikan Ust. Hasan Baharun
Secara singkat akan kami uraikan beberapa pemikiran dan
konsep-konsep pendidikan yang dapat kami
tangkap dari ungkapan dan ide-ide serta
realitas yang beliau jalankan dalam mengelola lembaga pendidikan dan pondok
pesantren antara lain.
– Apabila seorang kyai sudah mendirikan pondok maka dia
harus rela meninggalkan semua aktifitas dan hobinya yang ada diluar pondok
yang dapat mengganggu konsentrasinya dalam membina santrinya. Beliau
mengibaratkan seorang pengasuh pondok pesantren sebagai induk ayam yang sedang
mengerami telur, maka apabila sering meninggalkan sarangnya kemungkinan besar
telur tesebut tidak jadi menetas, dan telur tersebut akan busuk.
– Untuk mendirikan pondok pesantren harus dijiwai dengan
ikhlas dan guru-guru yang akan mengajar harus diseleksi tingkat keikhlasannya,
sehingga tidak akan menularkan kepada santrinya ilmu yang tidak ikhlas dan
seterusnya. “Dan apabila diniati dengan hati yang ikhlas maka pondok pesantren
tidak usah khawatir akan datangnya murid sebab Allah akan memproklamasikan/
mengumumkan kepada para malaikat untuk menanamkan kemantapan pada kaum
muslimin.” Begitu jawaban Ust Hasan ketika ditanya sistem promosi apa yang
dipakai pondok sehingga sangat cepat perkembangan santrinya dan berasal dari
berbagai propinsi bahkan dari beberapa negara tetangga.
– Sasaran yang diutamakan dan mendapat perhatian khusus dari
beliau adalah :
–Putra para kyai dan para habaib khususnya yang memmpunyai
pondok pesantren dan majlis ta’lim, hal ini dilakukan karena mereka sudah jelas
ditunggu oleh ummat dan sebagai proses pengkaderan agar mereka bisa menjadi
penerus orang tua mereka memimpin pondok pesantren. – Putra-putra daerah yang
disana jarang ada ulama/kyai/ustadz, sehingga diharapkan nanti bisa pulang
kembali untuk berdakwah menyebarkan Islam dan merintis lembaga pendidikan/majlis
ta’lim. Putra aghniya, yang dengan masuknya putra mereka di pondok dengan
beberapa pertimbangan diantaranya diharapkan perhatiannya terhadap Islam/pondok pesantren lebih besar
dan sebagai wasilah masuknya dakwah kepada orang tua mereka, menyelamatkan
harta mereka serta sebagai bentuk subsidi silang terhadap santri yang tidak
mampu. Putra-putri dari orang-orang yang
pernah berjasa dalam perintisan pondok .
Hubungan Ust. Hasan Baharun dengan Ulama
Abuya Ust Hasan
Baharun dikenal sangat supel dan
luwes dalam menjalin hubungan dengan
semua kalangan. Beliau mampu menjalin hubungan dan memelihara hubungan
tersebut dengan baik hal ini terlihat
bahwa beliau mampu melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam perjuangan dan
dakwah Islam serta mengajak mereka berpartisipasi dalam perintisan dan pembangunan pondok
pesantren, baik itu tokoh masyarakat dari kalangan NU maupun tokoh-tokoh
Muhammadiyah. Dan di Pasuruan beliau secara aklamasi di tunjuk sebagai ketua MUI
walaupun beliau memberikan syarat kalau pertemuan MUI harus di Pondok
Darullughah Wdda’wah, hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Ust.
dikalangan para Ulama Pasuruan. Hal ini sangat wajar karena beliau juga selain
hubungan pribadi juga beliau meluangkan waktunya untuk membantu mengajar bahasa
Arab di berbagai pondok besar mulai dari Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah.
Adapun hubungan beliau dengan ulama-ulama
luar negeri, terutama dengan
ulama besar Timur Tengah sekilas dapat kami unkapkan sebagai berikut:
• Hubungan dengan Abuya Sy. Muhammad bin Alwi Al Maliki Al
Hasani
Hubungan Abuya Ust. Hasan Baharun dengan Abuya Sayyid
Muhammad Al-Maliki bermula sejak beliau ditunjuk untuk menjadi penerjemah
ceramah dalam kunjungan dan silaturrahmi Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki ke
beberapa pondok pesantren di Jawa Timur. Abuya Sayyid Muhammad sangat tertarik
dengan kemampuan Bahasa Arab dan Kepribadian Ust. Hasan Baharun sehingga setiap
kunjungan ke Jawa Timur beliau menjadi langganan sebagai penerjemahnya. Bahkan
Abuya Ust. Hasan dipercaya untuk mengajar Bahasa Arab istri Abuya Sayyid
Muhammad sebelum diajak ke Makkah Al-Mukarromah. Dengan pandangan hati Abuya
memerintah Ust. Hasan untuk membuka pondok pesantren serta setelah perkembangan
pondok cukup pesat beliau pula yang
menyuruh agar pondok yang asalnya mengontrak rumah di Bangil agar pindah ke
lokasi di Desa Raci Kecamatan Bangil (lokasi pondok sekarang) dan memberi dana
pertama untuk membangun pondok Raci. Selanjutnya Abuya Ust Hasan sering ke Mekkah berziarah ke
kediaman beliau dan sekaligus untuk mencari dana. Sambutan yang luar biasa
diberikan oleh Sayyid Muhammad dan beliau sendiri yang menulis surat kepada
para aghniya/memberikan memo agar membantu pembangunan pondok Dalwa.
Menurut penuturan Abuya Ust. Hasan Baharun bahwa apabila
beliau ke Makkah beliau memperlakukan dirinya sebagai santri Abuya Sayyid
Muhammad dan mengakui bahwa Sayyid Muhammad adalah guru beliau di samping
Al-Habib Abdul Qodir Bin Ahmad Assegaff.
Walaupun demikian Abuya Sayyid Muhammad memberikan penghormatan kepada
Ust. Hasan sebagai ulama bahkan beliau diberi ruang khusus serta dilengkapi
dengan telepon untuk memudahkan urusan.
Dan untuk mempererat hubungan yang telah terjalin Abuya Ust
Hasan mengirim putranya Al-Habib Zain Bin Hasan Baharun dan beberapa santri
Dalwa untuk belajar pada Abuya Sayyid Muhammad serta beberapa Alumni Sayyid
Muhammad yang di Jawa Timur oleh Ust Hasan diminta untuk mengajar di Ma’had
Dalwa seperti Ust. Ihya Ulumuddin, Ust Ahmad Bin Husin Assegaff, Ust. Abdul
Hadi Surabaya, Ust. Sholeh Al-Idrus, Ust Muhammad Al-Haddad, Ust. Abdullah
Mulahelah (Malang), Ust. Hilmi, Ust.
Amir Syarifudin, Ust. Abdullah Umar, dan lain sebagainya. Demikian pula Abuya
Sayyid Muhammad mempunyai perhatian yang besar terhadap ma’had Dalwa selain
para santrinya yang berasal dari kawasan Jawa Timur (Probolinggo, Pasuruan,
Malang Sidoarjo, Surabaya dan Gresik) dianjurkan untuk mengajar di Ma’had
Dalwa, beliau juga senantiasa memberikan bantuan dan mengawasi perkembangannya.
• Hubungan dengan
Ulama Hadromaut
Hubungan Ustadz Hasan Baharun dengan ulama Hadromaut bermula ketika beliau berziarah ke Hadromaut
dan bertemu dengan para ulama disana. Melihat tradisi salaf dan keilmuan yang
ada di Hadramaut maka beliau tertarik untuk mengirimkan santri-santrinya ke beberapa
ribath (pondok) yang dipimpin para masyayikh di sana. Sehingga hubungan antara
Ust. Hasan dengan para ulama Hadramaut Yaman semakin baik sampai kewafatan
beliau bahkan diteruskan oleh penerusnya (Ust. Zain Hasan Baharun) sampai
sekarang.
Hubungan dengan Para Pejabat / Pemerintah
Hubungan Ust. Hasan dengan para pejabat dilatar belakangi
karena urusan lembaga pendidikan, sebab sebuah lembaga tidak akan bisa berdiri
sendiri tanpa keterlibatan instansi dan pihak lain terutama dengan instansi
pemerintah. Oleh karena itu beliau menjalin kerjasama dengan pemerintah dalam
kerangka kepentingan pondok dan kepentingan dakwah serta perjuangan bukan
termotivasi atas kepentingan pribadi.
Beliau mampu menempatkan diri sebagai ulama yang harus dalam
posisi terhormat, berwibawa, perlu dimintai fatwa dan ditaati sarannya sehingga
beliau tetap mulia walaupun ada tudingan miring yang diarahkan kepada beliau
namun beliau dapat menunjukkan kedekatan dengan para pejabat semata-mata dalam
rangka dakwah, hal ini terbukti bahwa posisinya sebagai ketua MUI sangat
diperhitungkan. Setiap Acara di Kabupaten Pasuruan layaknya kegiatan di
pesantren, dan ada pemisahan antara putra-dan putri, serta acara di pendopo
tidak akan dimulai kecuali beliau sudah datang ketempat acara. Bahkan ada yang
bilang bahwa “Bupati Pasuruan adalah Bupatinya Ust. Hasan”.
Sebuah contoh keberhasilan dakwah beliau di kalangan pejabat
adalah mereka senantiasa berkonsultasi dan minta pendapat beliau apabila ada
permasalahan di masyarakat. Dan juga beliau mampu menciptakan kegiatan-kegiatan
keagamaan di beberapa instansi strategis misalnya dengan secara rutin
mengadakan acara pengajian di Kantor Kodim, Sholat taubat/tasbih secara rutin
dengan pihak Kapolres yang melibatkan seluruh anggota Kapolsek se-Kabupaten Pasuruan.
Beliau dapat pula mengontrol setiap kebijakan publik yang
ditetapkan pemerintah walaupun sulitnya bersikap, karena saat itu dominasi dan
kuatnya pengaruh pemerintahan orde baru, namun Al-hamdulillah beliau mampu
berkiprah semaksimal mungkin untuk kepentingan masyarakat dan kaum muslimin.
Hubungan dengan Masyarakat Umum
Disela-sela kesibukan yang sangat padat Ust.. Hasan Baharun
sangat perhatian dengan masyarakat umum, terutama tokoh-tokoh masyarakat,
apabila ada waktu beliau senantiasa menyempatkan diri bersilaturrahmi walaupun
hanya sebentar dan beliau siap menerima
segala keluhan masyarakat selama dua puluh empat jam bahkan seluruh lapisan
masyarakat sangat mudah menemui beliau di kantor pondok karena sepanjang hari
mulai pukul 02.00 malam sampai pukul 10 malam berada dikantor untuk melayani
kepentingan santri, wali murid dan masyarakat umum. Hal ini terbukti setiap
hari dan setiap saat banyak masyarakat yang datang bersilaturrrahmi mulai yang
datang untuk bertanya masalah hukum agama, minta barokah do’a, minta bantuan
biaya sekolah, bantuan pembangunan masjid dan lembaga pendidikan dan sosial,
minta biaya pengobatan bahkan ada beberapa yang secara rutin disuruh datang
untuk mengambil jatah kebutuhan yang ditanggung oleh beliau.
Perhatian Ust. Hasan Baharun
terhadap Pengembangan dan Penyebaran Bahasa Arab
Ust. Hasan Baharun mempunyai perhatian yang sangat besar
terhadap pengembangan dan pengembangan Bahasa Arab. Selain Beliau banyak
mengarang kita-kitab yang berhubungan dengan Bahasa Arab seperti Kamus Bahasa
Dunia Al ‘Ashriyyah, Muhawarah Jilid I dan II, Qawa’idul I’rab, Kalimatul Asma’
Al Yaumiyyah dan Kalimatul Af’al Al Yaumiyyah, 40 Kaidah-kaidah Nahwu
(Pengantar Ilmu Nahwu) serta beliau
mewajibkan seluruh santri dan para guru untuk senantiasa menggunakan Bahasa
Arab.
Disamping mengembangkan Bahasa Arab di pondok pesantren
beliau sendiri, juga mengajar secara rutin di beberapa pondok pesantren,
seperti di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Pondok Pesantren Salafiyah
Syafi’iyah Asembagus Sukorejo Situbondo, Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan,
Pondok Pesantren Langitan Tuban, dan di beberapa pondok pesantren lainnya mulai dari
Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah.
Adapun bentuk perhatian beliau terhadap Bahasa Arab :antara
Lain
Beliau sering mengisi seminar-seminar di berbagai perguruan
tinggi dan pondok pesantren serta berbagai lembaga pendidikan untuk menjelaskan
pentingnya Bahasa Arab.
Mengirim beberapa guru dan santri untuk mengajar khusus
Bahasa Arab di beberapa lembaga pendidikan Islam dan pondok pesantren.
Menerima dan
mengadakan kursus Bahasa Arab secara gratis di Pondok Pesantren Darullughah
yang terbuka untuk umum serta beliau menangani sendiri setiap ada rombongan
kursus dari pondok-pondok dan perguruan tinggi.
Senantiasa memberikan motivasi kepada para ulama/kyai untuk
membiasakan berbahasa Arab. Dan menyarankan agar mewajibkan santrinya berbahasa
Arab.
Senantiasa menyuruh guru-guru untuk mengarang hal-hal yang
berhubungan dengan bahasa Arab.
Mengawasi guru-guru agar menerangkan pelajaran dengan bahasa
Arab dan menegurnya apabila diketahui menjelaskan pelajaran di kelas dengan
menggunakan bahasa selainnya.
Cita – Cita Besar Ust. Hasan Baharun
Beberapa bulan sebelum beliau wafat sering mengungkapkan
cita-cita besar beliau yaitu ingin membuat organisasi yang dapat menyatukan Ummat Islam. Karena
beliau berpendapat bahwa dengan persatuan Ummat Islam banyak hal yang bisa
dilakukan. Bahkan ketika ada perrtemuan Ulama di Jakarta dan beliau berhalangan
hadir beliau menitip surat kepada Ust
Qosim Baharun yang mewakilinya untuk membacakan surat tersebut sebagai usulan
dari beliau yaitu agar para ulama menggagas Organisasi Persatuan Habaib, Ulama,
Kiyai, Santri dan para simpatisan dalam
ikatan satu wadah non politik yang tujuannya murni untuk kepentingan Ummat
Islam. Bahkan beliau berjanji sanggup meninggalkan pondok dan menyerahkan
urusan pondok kepada putranya Al-Habib Zain Baharun sedangkan beliau sendiri
ingin bersilaturrrahmi ke para Ulama di seluruh nusantara untuk
mensosialisasikan ide besar dan mulia tersebut.
Sifat Dan Kisah-Kisah Keteladanan Abuya Ust. Hasan
Baharun
Beberapa sifat yang menonjol Ust. Hasan yang
sudah sangat makruf di kalangan santri, dan guru-guru, kalangan habaib
dan masyarakat yang sering berkomunikasi dengan beliau sebagai seorang figur
ulama sebagai pewaris nabi betul-betul beliau mewarisi sifat-sifat sikap
dan perjuangan Datuknya Al-Musthofa Nabi
Muhammad SAW. Dan Agar kita lebih jelas akan dipaparkan sifat-sifat tersebut
serta contoh-contoh sebagian peristiwa serta kehidupan beliau sehingga kita
dapat meniru sifat dan sikap keteladanan beliau yang juga senantiasa ditanamkan
bagi santri-santrinya adalah sebagai berikut ;
Adapun salah satu sifat yang menonjol pada diri beliau
adalah sifat sabar. Kesabaran Ust
Hasan sangat dikenal oleh semua
kalangan baik santri, dewan guru,
pejabat dan orang-orang yang mengenal beliau,
Sifat kesabarannya sangat luar biasa sebagaimana kesaksian dan cerita
yang dilukiskan oleh Ayahandanya sendiri Al-Habib Ahmad bin Husein
Baharun: “Hasan itu sangat sabar,
kalau saya marahi walaupun dia tidak
salah tidak pernah menjawab dan apabila difitnah dan diganggu orang tidak pernah membalas dan hanya kepada
saya dia menceritakan agar didoakan sehingga diberikan kekuatan dan kesabaran
dalam menghadapi cobaan dan fitnahan tersebut.“ Begitu menurut penuturan Hb.
Ahmad Baharun pada waktu Ust. Hasan
menghadap ilahi. Kesabaran beliau
sulit dilukiskan baik dalam membina dan membimbing santri serta menghadapi
kenakalan santri dan orang-orang yang mengganggu pondok.
Ust. Hasan dalam menghadapi orang-orang yang memfitnah
dan mengganggu pondok justru mereka
diberi hadiah dan berulang kali bahkan membantu urusan mereka seakan-akan
beliau tidak tahu bahwa orang tersebut mengganggunya.
Suatu kisah pada waktu zaman reformasi ada orang datang
memberi tahu kepada beliau bahwa dia akan membawa orang sebanyak 2-3 truk untuk menghancurkan dan membumi hanguskan
rumah orang yang mengganggu pondok namun beliau malah mencegahnya karena hal
itu tidak pernah dilakukan oleh Rosulullah SAW.
Adapun cerita-cerita tentang kesabaran Ust Hasan banyak
sekali sehingga tidak mungkin untuk diungkapkan disini.
Sifat Istiqomah Ust Hasan Baharun sudah tidak diragukan
salah satu tanda dari sifat tersebut tercermin pada aktifitas beliau
sehari-hari karena beliau bangun setiap
pukul 02.00 malam kemudian Qiyamullail dan membangunkan santri dan Asatidzah
pada pukul tiga malam bahkan untuk menjaga keistiqomahan tersebut mewajibkan
santri yang menjaga malam di pintu gerbang untuk membangunkan tepat pukul dua
malam dan di pos jaga tesebut tertulis diantara tugas/kewajiban penjaga malam
wajib membangunkan Ust. Hasan tepat pada
pukul 02. 00 ( tidak boleh lebih atau kurang ).
Suatu ketika beliau datang dari Makkah / Timur Tengah namun
masih mampir di Jakarta karena masih ada urusan yang harus diselesaikan dan bermalam di salah satu rumah wali santri
di Bekasi (di rumah Haji Yusuf) dan
tampak tanda-tanda bahwa beliau dalam keadaan sangat lelah, maka untuk menjaga
agar beliau tidak terlambat bangun beliau berpesan kepada H. Yusuf untuk
membangunkannya pada pukul 02.00 dan juga menelpon ke santri yang menjaga
maktab agar mengingatkan Haji Yusuf supaya membangunkan tepat pukul 02.00 malam
dan tidak cukup itu saja beliau masih memberi tahu ke pos jaga agar juga
mengingatkan H. Yusuf sebelum jam 02.00 untuk membangunkan Ust. Hasan.
Begitulah salah satu contoh kesungguhan beliau dalam menjaga keistiqomahan
tersebut.
Abuya Ust. Hasan mempunyai jiwa tawakkal yang luar biasa
sebagai suatu gambaran dari sifat ketawakkalan beliau adalah bahwa ketika
beliau mempunyai rencana untuk membangun gedung asrama santri berlantai tiga
pada waktu awal-awal terjadinya krisis moneter dengan dana awal sekitar lima
juta rupiah dan ketika sahabat beliau datang ke maktab mengungkapkan rencana
tersebut barangkali bisa membantu, namun orang tersebut justru bertanya dengan
nada terheran-heran: “Ya Ustadz, bagaimana dengan dana yang sedikit itu antum
akan membangun bangunan sebesar itu? Apalagi sekarang Indonesia dalam krisis moneter!” Kemudian apa
kata beliau, “Ya Ustadz, yang krisis itu kan Indonesia, negara lain khan tidak!
Apalagi Allah, apakah Allah kenal krisis moneter?” Sebuah umpan balik dan
argumen yang luar biasa, kemudian beliau melanjutkan kata-katanya, “Kalau kita
punya rencana maka kita jangan sekali-kali mengukur dengan kemampuan kita,
apabila kitamengukur dengan kemampuan kita maka hasilnyapun Allah akan
memberikan sesuai dengan kemampuan kita, tetapi apabila kita mengukur dengan
kemampuan Allah maka kemampunnya tiada terbatas dan yakinlah bahwa selama kita
berniat memperjuangkan Agama Allah bahwa Allah itu akan menolong kita,” Inilah diplomasi yang menggambarkan betapa tingginya
tingkat ketawakkalan beliau.
Bahkan apabila mau membangun beliau justru menghabiskan
segala uang yang tersisa dan membagikan kepada fakir miskin sebagi pancingan
datangnya rahmat dan pemberian Allah dan beliau mengibaratkan orang mancing
maka apabila pancing dan umpannya besar maka akan memperoleh ikan yang besar
pula. Hal ini sering diungkapkan pula ketika ada panitia pembangunan masjid dan
Lembaga Pendidikan Islam bahwa apabila berniat ingin membangun maka disarankan
tidak perlu khawatir pembangunan tersebut tidak selesai dan menyuruhnya
membongkar/ memulai pembangunan tersebut tanpa menunggu terkumpulnya dana untuk pembangunan karena menurut beliau bahwa
pembangunan masjid dan LPI tersebut merupakan proyek Allah SWT. dan Insya-Allah
pasti selesai tinggal menata niat panitia serta berusaha semaksimal mungkin
sebagai sunnatullah dan harus disertai dengan banyak berdo’a.” Begitulah
saran-saran beliau kepada para takmir
dan panitia yang datang minta saran dan sumbangan kepada beliau.
• Dermawan dan Sangat Perhatian terhadap Fakir Miskin dan
Anak Yatim
Kedermawanan yang ada pada beliau tumbuh dan berkembang
sejak beliau karena hal tersebut sudah ditanamkam oleh aba dan kakeknya
sebagaimana kisah-kisah sebelumya sehingga beliau tumbuh dan berkembang
mempunyai jiwa sosial terutama memiliki
kepedulian kepada para ffakir-miskin dan anak yatim. Bentuk kepedulian terhadap
mereka diantaranya adalah bahwa kebiasaan belia membagikan hadiah pakaian
hari raya, beras dan kebutuhan sehari-hari, membagikan daging kurban
kepada para tetangga pondok, famili beliau yang tidak mampu, serta kepada
orang-orang yang datang minta bantuan, mulai pengobatan sampai pada biaya
sekolah anak-anak mereka kepada orang yang tak mampu.
Sebagaimana sering diungkapkan oleh beliau dalam menasehati
para santri dan para guru agar senantiasa menata niat dalam setiap tindakan dan
amal yang akan dilakukan. Hal ini merupakan cerminan dari kepribadian beliau
yang senantiasa menjadikan keikhlasan sebagai pondasi dari setiap amaliah yang
beliau laksanakan, termasuk pendirian pondok. Sebagai sebuah bukti dari
keikhlasan beliau ketika ada guru-guru yang mengusulkan agar membuat papan nama
pondok di tepi jalan beliau tidak langsung mengabulkan permintaan tersebut.
Namun karena beberapa kali guru-guru tetap mengusulkan dengan alasan banyak
wali santri yang tidak tahu lokasi pondok dan sering kesasar dan bingung
mencari alamat pondok, baru tersebut dikabulkan tiga tahun sebelum beliau
wafat.
Demikian pula beliau dalam rekrutmen/seleksi guru-guru, maka
yang pertama kali dilihat adalah keikhlasannya. Para guru baru yang mau
mengajar di pondok, diuji tingkat keikhlasannya, bahkan beliau tidak
memperhatikan selama satu tahun. Karena beliau berpendapat bahwa apabila
gurunya tidak ikhlas akan menularkan ilmu yang tidak ikhlas pula.
Walaupun beliau sebagai ulama besar yang dihormati dan
disegani, baik di dalam maupun di luar negeri, dan kebesaran beliau diakui oleh
Sayyid Muhammad sehingga pada saat beliau datang ke Mekkah di majlis ta’lim
Sayyid Muhammad diberikan kesempatan untuk memberikan sambutan / taujihat pada
jamaah haji dan para ulama sedunia yang berkumpul di majlis tersebut, dan juga
dalam acara haul Nabiyullah Nuh AS di Yaman beliau senantiasa mengelak ketika
diminta untuk memberikan sambutan, tetapi pada kunjungan yang terakhir beliau
mau memberikan sambutan namun tetap dengan sikap tawadlu’ beliau mengatakan
bahwa tidak bermaksud memberikan nasehat kepada yang hadir yang kebanyakan
terdiri dari para ulama dan auliya’, tetapi nasehat tersebut ditujukan untuk
santri-santri beliau yang belajar di sana.
Beliau senantiasa menunjukkan sikap tawadlu’ dalam kehidupan
sehari-hari dan sama sekali tidak menunjukkan bahwa beliau adalah orang besar.
Siapapun tamu yang datang dilayani dengan ramah bahkan apabila menyajikan
makanan beliau sering mengangkat sendiri sajian makanan dari dapur dan
menyuguhkannya kepada para tamu.
Diantara doa yang menunjukkan sikap dan sifat tawadlu’nya
tersebut dengan senantiasa memanjatkan do’a agar beliau dan putra-putra serta
murid-muridnya dijadikan orang-orang yang memiliki kebesaran tetapi tersembunyi
(minal masturiin).
• Kesederhanaan
Pribadi Ust. Hasan
Apabila orang bertemu dengan Ust. Hasan Baharun dan orang tersebut sebelumnya belum
mengenal beliau maka orang tersebut tidak akan menyangka bahwa ust Hasan adalah
Ulama besar yang sangat dihormati dan disegani karena beliau memang mempunyai
penampilan yang sangat sederhana, pakaian yang dipakai sehari-hari di dalam pondok
dan ketika keluar pondok biasa-bisa saja yaitu memakai gamis dan kopyah putih
tanpa imamah dan rihda kecuali apabila beliau akan menyampaikan ceramah atau
menghadiri majlispertemuan yang harus menampilkan sebagai sosok untuk menjaga kehormatan dan kebesaran serta
kewibawaan Ulama. Maka beliau akan berpakain lengkap dengan jubah
kebesarannnya.
Selain kesederhanaan dalam berpakaian beliau juga memiliki kesederhanaan dalam
pola kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tertarik dan menaruh
simpati kepada beliau ketika membandingkan fasilitas pondok yang serba lengkap
dan baik dengan rumah beliau yang atapnya rusak dan sering bocor karena tidak
sempat untuk diperbaiki serta perabot rumah tangga yang semuanya serba
biasa-biasa saja, hal ini sudsah menjadi pilihan beliau yang lebih terkonsentrasi memikirkan
bagaimana memenuhi fasilitas santri.
Kesaksian Dan Komentar-komentar Ulama, Tokoh Masyarakat dan
Dewan Guru tentang Ust. Hasan Baharun
Kesaksian Para Ulama, Pejabat dan tokoh masyarakat tentang
utadz Hasan baharun antara Lain adalah sebagai berikut :
1. Kesaksian Abuya Sayyid. Muhammad Bin Alawi Al-Maliki
Makkah
Kesaksian Abuya Sayyid Muhammad ini sering terlontar ketika
beliau mengajar murid-muridnya, beliau mengatakan bahwa: “Apabila kamu ingin
mencontoh kesabaran, jiwa perjuangan dan tawakkal, maka contohlah Ustadz Hasan
Baharun.”
2. Kesaksian Habib Umar Bin Hafidz Hadhromaut Yaman
“Ustadz Hasan adalah orang pertama yang membuka kembali
hubungan antara Yaman dan Indonesia setelah terputus puluhan tahun lamanya dan beliau yang mulai mengirimkan santrinya
untuk belajar di Yaman sehingga semua pahala orang yang belajar keYaman akan
kembali pahalanya kepada Al-Alim Al-Allamah Adda’i Ilallah Al-Ustadz Hasan
Baharun.” Demikian penuturan Habib Umar Bin hafidz di depan para santri dan
ulama dalam ziarohnya di Pondok Raci 2 tahun setelah wafatnya Ust. Hasan
3. Kesaksian Ust. Al Habib Ahmad bin Husein Assegaf Bangil
“Ustadz Hasan Adalah Putra tebaik sejawa timur darii
keturunan Sadah Ba”alawi “ unkapan ini terlontar ketika beliau memberikan
sambutan pada acara pemakaman Ust. Hasan.
4. Kesaksian Ust.
Sholeh Bin Sahl Jalan Jawa Pasuruan
“Seandainya kamu tahu bahwa ada orang besar di Pasuruan niscaya
kamu tidak akan mendatangi saya.” Dan setelah beberapa hari kemangkatan Ustadz
Hasan beliau mengungkapkan kembali kepada tamu-tamunya bahwa yang memegang
Pasuruan telah tiada.
5. Kesaksian Bupati Pasuruan (Bpk Dade Angga)
“Walaupun Saya baru kenal terhadap Ust. Hasan seakan-akan
sudah lama mengenalnya beliau itu ibarat, Saudara, teman, Orang tua dan Guru
saya yang senatiasa menegur dan senantiasa memberikan nasihat yang sangat
berharga.”
Sumber: Ma’had Darullughah wadda’wah