Memiliki istri salihah selalu menjadi dambaan setiap
laki-laki. Namun, seperti apa gambaran yang perlu kita pahami sehingga seorang
muslimah dapat dikatakan sebagai istri salihah? Tulisan ini menceritakan kisah
nyata islami yang bisa dijadikan pelajaran oleh keluarga islami. Kita akan
belajar tentang sebaik-baiknya muslimah yang patut kita contoh sebagai seorang
istri. Dalam sebuah hadis, Rasulullah pernah bersabda, “Sebaik-baik perempuan
muslimah surga adalah Khadijah, Fatimah, Maryam, dan Asiyah,” (H.R. Baihaqi).
SAYYIDAH KHADIJAH
Suatu hari, datanglah malaikat Jibril kepada Rasulullah,
kemudian berkatala, “Ya Rasulullah, Khadijah sebentar lagi akan datang membawa
bejana berisi lauk, makanan, atau minuman. Kalau ia sudah datang, sampaikan
salam dari Allah dan dariku. Dan, berikan kabar gembira dengan rumah di surge,”
(H.R. Bukhari dan Muslim).
Lihatlah betapa salihahnya beliau hingga Allah menitipkan
salam untuknya melalui perantara malaikat Jibril dan Rasulullah. Khadijah
dikenal dengan kedermawanannya memberikan segala yang ia punya untuk
kepentingan dakwah suami tercintanya, yakni Rasulullah. Khadijah ikhlas meski
hartanya habis untuk kepentingan dakwah sehingga tidak heran jika Rasulullah
sangat terkesan pada sosoknya. Ia pun tidak pernah hilang dalam ingatan
Rasulullah, meskipun ia sudah tiada dan Rasulullah sudah memiliki istri lain
yang juga salihah.
Banyak sekali keistimewaan Khadijah yang membuatnya begitu
dicintai oleh Rasulullah. Ia perempuan pertama yang percaya dan beriman kepada
Allah dan Rasulullah. Selain patuh dan percaya sepenuhnya kepada Rasulullah,
Khadijah juga membantu perjuangan dakwah Rasulullah dari berbagai aspek, mulai
dari harta, tenaga, pikiran, hingga hal lainnya.
Hal itulah yang bisa dicontoh oleh para muslimah ketika
telah menikah dan memiliki suami. Dukunglah suami Ummi jika ia memiliki tujuan
berdakwah untuk umat. Bantu semampu yang kita mampu untuk kepentingan dakwahnya
dan ikhlaslah mengharap ridha dari Allah saja. Semoga kita semua yang sedang
berusaha menjadi istri salihah dapat bertemu dengan Khadijah di Taman Firdaus
kelak.
SAYYIDAH FATIMAH AZZAHRA ALBATUL
Fatimah Azzahra adalah anak dari Khadijah dan Rasulullah.
Sosoknya selalu mengagumkan karena ia mengajarkan kepada kita tentang bakti
seorang anak terhadap orang tua. Anak perempuan yang salihah memiliki potensi
menjadi istri yang salihah juga.
Fatimah adalah anak kesayangan Rasulullah. Meskipun dia
adalah putri dari orang nomor satu di dunia, Fatimah tidak pernah menyombongkan
diri. Bahkan, dalam urusan memilih jodoh, dia sangat patuh pada pilihan
Rasulullah, meskipun orang yang dijodohkan kepadanya bukanlah seseorang yang
bergelimang harta, yakni Ali bin Abu Thalib. Baginya, dalam memilih pasangan,
kekayaan harta bukanlah tolak ukur, melainkan keimanan dan ketakwaan orang yang
kelak mendampinginya dalam mengarungi bahtera rumah tanggalah yang paling
penting.
Bakti dan rasa sayang seorang Fatimah terhadap ayahandanya
selalu dibuktikan dengan sikap yang terang-terangan, tidak hanya diucapkan di
bibir saja, seperti dua kisah di bawah ini.
Pertama, ketika Perang Uhud selesai, Nabi mengalami luka yang
cukup parah di bagian pipinya. Gigi Rasulullah patah, kemudian kakinya terluka.
Tidak sedikit darah yang keluar dari bagian tubuh Rasulullah yang terluka.
Dengan dibantu Ali, Fatimah membersihkan dan menghentikan aliran darah pada
tubuh Rasulullah dengan sabar. Ia melakukan hal tersebut karena keikhlasan dan
kecintaan terhadap ayahnya.
Kedua, suatu hari, Rasulullah pernah dilempari darah dan
kotoran unta oleh Uqbah bin Abi Muith saat sedang sujud di depan Kabah. Fatimah
yang mendengar hal itu mengetahui bahwa ayahnya tidak bersalah dan ia melihat
bahwa ayahnya sedang dizalimi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab
tanpa alasan yang jelas. Fatimah pun datang menghampiri Rasulullah dan
membersihkan kotoran itu dari kepala ayahnya. Setelah itu, ia menghampiri dan
memarahi para kafir Quraisy. Karena ia masih kecil, bukan didengarkan, ia
justru ditertawakan. Meski begitu, Fatimah sudah menunjukkan bahwa ia memiliki
sikap yang tegas dan berani dalam melihat mana yang benar dan mana yang salah.
Kisah tersebut merupakan sebuah pelajaran bagi kita tentang
cara seorang anak yang berani membela ayahnya ketika sang ayah dizalimi oleh
orang lain. Kisah tersebut cukup menyentuh hati dan memperlihatkan bahwa
Fatimah adalah anak yang pemberani. Selain itu, darinya juga kita dapat belajar
bahwa sebelum belajar menjadi istri yang patuh kepada suami, belajarlah menjadi
anak yang patuh pada orang tua. Dapatkan ridha Allah dengan mendapatkan ridha
orang tua dan juga ridha dari suami.
SAYYIDAH ASIYAH
“Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu
dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya. Dan,
selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,” . Dalam doanya,
bisa dilihat betapa sulitnya hidup di posisi Asiyah. Hati kecil selalu
menuntunnya untuk menjadi orang yang beriman dan taat kepada Allah, tetapi
lingkungan yang ia miliki tidak mendukunganya pada hal itu.
Semua tahu siapa suami dari Asiyah. Ya, dialah seorang
manusia yang sangat sombong bernama Firaun. Saking sombongnya, ia bahkan berani
merebut kesombongan yang seharusnya hanya dimiliki oleh Allah dengan mengatakan
dirinya adalah Tuhan. Barang siapa menolak titahnya, kematian adalah
balasannya.
Asiyah membuktikan keteguhan hatinya saat terjadi peristiwa
adu ilmu antara tukang sihir utusan Firaun dengan Musa as.. Asiyah bertanya
pada pengawal kerajaan, “Siapakah yang menang?” Mereka pun menjawab, “Musa dan
Harun.” Asiyah pun kemudian berkata, “Aku beriman kepada Tuhannya Musa dan
Harun.” Pernyataan Asiyah tersebut menjadi tamparan yang keras bagi Firaun di
muka umum. Karena kemarahannya yang begitu besar, Firaun pun mengancam akan melempari Asiyah dengan batu besar di
padang pasir yang panas. Namun, karena ketaatannya kepada Allah, Asiyah tidak
takut dan tetap teguh pada pendiriannya. Keteguhan Asiyah pun dicatat oleh
Allah di dalam Alquran.
Sebagai muslimah, mungkin kita memiliki cerita yang
berbeda-beda dalam meneguhkan hati untuk menjaga diri dan keimanan kita
terhadap Allah. Ketika lingkungan tidak mendukung keinginan kita untuk menjadi
perempuan salihah, ingatlah bahwa hal ini juga pernah terjadi pada Asiyah.
Janganlah pernah merasa sendiri. Selain itu, bagi para muslimah yang tidak
memiliki masalah dengan lingkungan, tetapi sulit sekali berubah karena selalu
mengada-adakan masalah, tidakkah seharusnya kalian bersyukur karena tidak harus
diancam akan dilempari batu besar di gurun pasir hanya untuk sekadar menutup
aurat dan menguatkan keimanan kepada Allah? Lawanlah rasa malas itu dan
ingatlah bahwa balasan bagi orang teguh terhadap keimanan dan ketakwaan adalah
surga seperti yang Allah janjikan kepada Asiyah.
SAYYIDAH MARYAM
Di zaman yang kini serbamodern dan banyak orang yang
menyalahgunakan arti kata kebebasan, kita dapat menjumpai banyak fenomena
menyedihkan mengenai perempuan. Kini, banyak perempuan yang tidak bisa menjaga
kesuciannya dengan rela melepaskan kehormatannya hanya untuk kesenangan duniawi
semata. Kesenangan yang hanya terlihat indah di mata, tetapi tidak dirasakan
indah di hati kecilnya sendiri. Ada baiknya kita melihat kembali kisah nyata di
masa lalu yang bisa kita contoh saat ini, yakni kisah tentang Siti Maryam binti
Ibrahim.
Maryam adalah figur seorang muslimah yang konsisten menjaga
kesuciannya. Sebuah harga mahal seorang wanita yang sudah sulit sekali
ditemukan di kalangan perempuan zaman sekarang. Suatu ketika, ujian Allah
datang kepadanya, yaitu malaikat mengaruniakan seorang anak kepadanya saat ia masih seorang gadis yang tidak memiliki
suami. Jika dipikir secara rasional, hal ini sangat tidak masuk akal. Namun,
takdir yang Allah tetapkan terhadapnya ia terima dengan ikhlas. Karena
kesuciannya, Allah memercayakannya untuk mengandung dan melahirkan Nabi Isa
as.. Setelah melahirkan, ia mendidik Nabi Isa dengan sangat baik sehingga
terlahirlah pejuang ajaran Allah di muka bumi.
Ada proses panjang yang harus dilalui oleh wanita suci ini
sehingga namanya tercatat dalam hadis sebagai wanita yang dijamin masuk surga.
Ia harus hidup dengan sulit karena banyak hinaan juga cemoohan yang datang
bertubi-tubi kepadanya. Namun, lagi-lagi, ketaatan dan ketakwaan kepada
Allah-lah yang membuat muslimah ini kuat dan bersabar dengan cobaan yang
datang. Ini karena ia menyadari bahwa hanya Allah-lah yang tahu kalau dirinya
tidak pernah berbuat hal sekeji itu. Ia hanya beriman kepada Allah dan tidak
peduli pada pandangan orang-orang di sekitarnya. Ia tidak memusingkan cemoohan
dan hinaan orang-orang yang tidak tahu apa-apa.
Begitulah keempat kisah nyata muslimah zaman dulu yang
dijanjikan Allah masuk surga. Para muslimah masa kini dapat memetik hikmahnya.
Selain itu, kita dapat mencontoh dan mengaplikasikannya dalam kehidupan saat
ini. Wallahualam bissawab.