Selain melodi dan aroma, rasa-rasanya hujan pun punya
kata-kata. Sesekali coba baca setiap deret aksara yang dilukisnya. Juga dengar
setiap rima yang ia cipta. Jika kau telisik lebih dalam lagi pada setiap bulir
air hujan yang datang, akan kau temukan ragam puisi, prosa atau bahkan sekedar
kata ‘hai’. Apalagi jika kau berani merasai setiap tempias hujan, kau ‘kan
dapati dan kenali jejak aksara dari setiap kata-kata hujan yang merangkai
sebuah cerita.
Dengan kata-kata itu ia mengajak kita berbicara. Dengan aksara
yang dilukis di langit gelap ia menyampaikan sesuatu pada kita
Bisa jadi itu
bukan hanya kata-kata milik hujan. Milik awan yang ingin mencumbui bumi, bisa.
Milik Tuhan yang menjawab do’a makhluknya –atau mungkin mengirim murka pada
manusia, mungkin juga. Atau bisa pula itu milik seseorang yang mengirimkan
salam pada yang dikaguminya. Karena aku percaya, setiap dari kita dapat
berkirim pesan dan salam satu sama lain melalui hujan, lewat kata-katanya.
Tentu yang paham hanya si pengirim dan si penerima. Kita yang tuli dan buta
hanya mengenali lewat suara berisik di atas genteng dan percik air yang
mengotori ubin depan rumah.
Dalam seperjuta bulir hujan, ada ribuan salam milik para
pecinta kenangan, pengharap masa depan, dan penikmat kesendirian yang dikirimkan.
Merekalah –diluar para pecinta hujan tentunya, orang-orang yang punya banyak
kontribusi akan kata-kata hujan yang seringkali sulit terbaca. Hanya mereka
yang dengan mudahnya membaca dan mengenali. Lagipula, kadang si penerima tak
selalu dalam bentuk materi.
Diiringi partitur hujan dan aroma khas pertichor –yang juga
tak dapat tercium oleh semua, pesan dan salam itu dikirim dengan perantara
kata-kata milik hujan. Ini semacam pinjam-meminjam kata-kata antara hujan dan
manusia. Salam yang sama dapat digunakan untuk orang yang berbeda, namun tentu
aroma dan melodinya tak sama. Maka setiap dari kita dapat mendengar kata-kata
hujan yang berbeda. Saling kirim-terima pesan dan salam terjadi selama hujan
turun. Setiap kata-kata akan terdengar khas dan berbeda pada setiap telinga.
Tergantung pada kombinasi kata, melodi dan aroma. Maka sesungguhnya hujan itu
sendiri adalah misteri dan rahasia bagi setiap diri kita.
Setelah hujan reda, hanya residu yang tertinggal. Pesan dan
salam tak tersampaikan akan kita lihat bertebaran di atas genangan. Bercampur
dengan air coklat pekat lalu terbawa ke lautan. Lalu pada saatnya nanti ia akan
kembali ke langit membawa pesan-pesan yang sempat tak terkirimkan, lalu
mengubahnya menjadi hujan hingga kata-kata itu sampai pada tujuan. Kiraku,
siklus seperti itu.
Lalu, kamu, tak mendengarkah apa yang disampaikan hujan di
penghujung senja ini? Jika iya, mungkin itu salam dariku yang dibawanya
untukmu. Jika tidak –atau belum, mohon tunggu hingga salam itu tiba di hujan
berikutnya.
Langit kota Kretek
::: Sorayaa Qurrotul'aiin SyifaaulgHalb :::