Nak, kemarilah… Duduklah di samping Ummi. Ummi akan kenalkan
kepadamu para sahabat Rasulullah. Pejuang Islam yang lebih patut engkau kagumi
dan teladani dibanding tokoh kartun yang sarat kejanggalan.
Nak, kemarilah… Belajarlah dari mereka. Belajar tentang
kezuhudan yang terpatri kuat sebagai karakter diri, tentang kecerdasan akal dan
kejernihan hati yang saling bertaut, tentang cara berlemah lembut kepada sesama
muslim dan keras terhadap orang kafir sebagaimana Allah perintahkan.
Nak, kemarilah… Kali ini kita akan berpetualang dalam kisah
Mush’ab bin Umair. Salah seorang sahabat Rasululah yang masuk dalam golongan
As-Sabiqun al Awwaluun. Bagaimana Nak, siap berkenalan dengan beliau?
Pemuda Tampan yang Rela Menukar Kenyamanan Dunia dengan
Manisnya Iman
Nama lengkap sahabat Rasulullah ini adalah Mush’ab bin Umair
bin Hasyim bin Abdul Manaf. Beliau dikenal sebagai pemuda Quraisy terkemuka,
seorang yang paling gagah dan tampan, cerdas dan visioner. Ketika zaman
jahiliyyah, gemerlap pakaiannya dan keluwesannya dalam bergaul sungguh
memesona, membuat setiap orang mudah menaruh hati padanya.
Suatu hari Mush’ab mendengar berita mengenai pengakuan
seseorang sebagai utusan Allah yang membawa berita dan mengajak umat untuk
beribadah kepada Allah, dialah Muhammad Al-Amin. Dengan cepat Mush’ab
mengetahui bahwa Rasulullah biasa mengadakan pertemuan dengan pengikutnya di
rumah Arqam bin Abil Arqam, rasa penasaran menggerakkan hatinya untuk
mengikuti. Saat ayat-ayat Alquran dibacakan oleh Rasulullah, hati Mush’ab dipenuhi
rasa haru dan gembira, kemudian berislamlah beliau dengan penuh keyakinan.
Sejak masuk Islam, kemewahan tak lagi menghiasi keseharian
sahabat Rasulullah ini. Jubah bertabur emas telah berganti menjadi pakaian
sederhana, bahkan usang dan bermotif tambalan di sana-sini. Namun, sejak itu
pula, jiwanya telah dihiasi dengan akidah suci dan cemerlang yang menjadikannya
manusia yang terhormat, disegani, dan penuh wibawa. Rasulullah menatapnya penuh
arti, disertai cinta kasih dan syukur dalam hati, beliau tersenyum seraya
bersabda,“Dahulu saya melihat Mush’ab ini tak ada yang mengimbangi dalam
memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu
demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Saat Keislamannya Tak Direstui Ibu, dengan Tegas Beliau
Nyatakan Ridho Allah yang Utama
Mush’ab dilahirkan dari rahim seorang wanita yang memiliki
kepribadian kuat dan pendirian teguh. Beliau adalah Khunas binti Malik, wanita
yang tak hanya disegani, namun juga ditakuti. Begitu mengetahui keislaman sang
anak, beliau memenjarakan Mush’ab dan menghentikan semua pemberian yang biasa
dilimpahkan pada Mush’ab. Akhir pertemuannya dengan sang ibu adalah saat ibunya
hendak mengurungnya lagi sepulang Mush’ab dari Habsyi. Mush’ab bersumpah dan
bertekad akan membunuh orang suruhan ibunya jika rencana tersebut dijalankan.
Usaha keras sang ibu untuk mengembalikan Mush’ab kepada agama leluhur
dikalahkan oleh kebulatan tekad Mush’ab dalam mempertahanan keimanan. Ketika
sang ibu mengusir, Mush’ab kembali menyampaikan ajakan berislam, namun ibunya
semakin murka dan bersumpah tidak akan masuk Islam.
Potensi Diri yang Beliau Miliki Membawanya Menjadi Duta
Islam yang Pertama
Mush’ab terpilih untuk menjadi duta atau utusan Rasulullah
ke Madinah untuk mengajarkan Islam kepada orang-orang Anshar yang sudah memeluk
Islam, berdakwah dan mempersiapkan Madinah untuk menyambut hijrah Rasul sebagai
peristiwa besar. Mengapa Mush’ab yang terpilih, bukan sahabat Rasulullah yang
lain? Hal itu tidak lain karena karunia Allah yang dititipkan padanya berupa
pikiran yang cerdas dan budi yang luhur. Dengan sifat zuhud, kejujuran, dan
kesungguhan hati, beliau berhasil melunakkan hati penduduk Madinah hingga
berduyun-duyun berislam.
Dalam salah satu episode dakwahnya, Mush’ab didatangi oleh
Usaid bin Hudlair, kepala suku kabilah Abdul Asyhal di Madinah yang menganggap
Mush’ab telah mengacau dan membuat anak buahnya ingkar pada Tuhannya. Dengan
murka, ia mengusir dan mengancam akan membunuh Mush’ab jika tidak segera
meninggalkan tempat tersebut. Tanpa gentar, sahabat Rasulullah ini justru
menawarkan Usaid untuk duduk dan mendengarkannya dahulu dengan konsekuensi
Mush’ab akan pergi jika Usaid tidak menerima pemaparannya. Usaid bersedia dan
mulai mendengarkan. Tak lama, Islam memiliki pejuang baru bernama Usaid.
Keislaman Usaid disusul oleh Sa’ad bin Muadz, Sa’ad bin Ubadah dan para
pengikut mereka.
Akhirnya Beliaupun Menjemput Syahid di Perang Uhud
Di Perang Uhud, ketidaktaatan pasukan panah umat muslim di
celah bukit membuka kesempatan pasukan berkuda Quraisy untuk menyerang dan
membalikkan keadaan. Melihat pasukan muslim porak poranda, musuh mengarahkan
serangan ke Rasulullah. Melihat situasi genting ini, Mush’ab mengacungkan
bendera setinggi-tingginya dan berupaya menarik perhatian musuh.
Berkata Ibnu Sa’ad, “Diceritakan kepada kami oleh Ibrahim
bin Muhammad bin Syurahbil al-‘Abdari dari bapaknya, ia berkata, ‘Mush’ab bin
Umair adalah pembawa bendera di Perang Uhud. Tatkala barisan kaum Muslimin
pecah, Mush’ab bertahan pada kedudukannya. Datanglah seorang musuh berkuda,
Ibnu Qumaiah namanya, lalu menebas tangannya hingga putus, sementara Mush’ab
mengucapkan, “Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya
telah didahului oleh beberapa Rasul.” Maka dipegangnya bendera dengan tangan
kirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya itu
hingga putus pula. Mush’ab membungkuk ke arah bendera, lalu dengan kedua
pangkal lengan meraihnya ke dada sambil mengucapkan, “Muhammad itu tiada lain
hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul.”
Lalu orang berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan tombak, dan menusukkannya
hingga tombak itu pun patah. Mush’ab pun gugur, dan bendera jatuh.’”
Demikianlah, sahabat Rasulullah ini telah menjemput syahid
dengan gagah berani. Saat peperangan usai, Rasulullah bersama para sahabat
meninjau medan pertempuran untuk menyampaikan salam perpisahan kepada para
syuhada. Ketika sampai di tempat terbaringnya jasad Mush’ab, bercucuranlah
dengan deras air matanya. Seorang yang saat di Mekah tak ada yang menandingi
kehalusan pakaian dan kerapian rambutnya, kini meninggal dengan rambut yang kusut
dan hanya berbalut sehelai kain burdah yang nyaris tak cukup menutupi seluruh
badannya.
Apa yang menelusup di dadamu setelah mendengar kisah
Mush’ab, Nak? Semoga engkau bisa seperti sahabat Rasulullah yang satu ini.
Jadilah anak yang mampu menjadi pasukan terdepan dalam membela agamanya, rela
meninggalkan keindahan dan kenikmatan dunia. Insya Allah belajar dari kisah
perjuangan sahabat Rasulullah akan menjadi aktivitas harian kita ya, Nak.
::: Sorayaa Qurrotul'aiin SyifaaulgHalb :::