Hari demi hari , kita disibukan dengan rutinitas kesibukan
kehidupan duniawi, berangkat pagi-pagi sekali kemudian kembali petang bahkan
ada yang malam hari bahkan dulu mungkin sampai sekarang ada istilah P6 (Pergi
Pagi Pulang Petang Penghasilan Paspasan). Semua itu rela dilakukan demi
mendapatkan maisyah/penghasilan atau dengan kata lain untuk memenuhi kebutuhan
jasmani/fisik manusia.
Tiba saatnya kita memenuhi kebutuhan ruhiah/jiwa kita. Karena
pemenuhan kehidupan manusia tidak hanya semata kebutuhan fisik, sebagaimana
Allah telah berfirman dalam Surat Al Anfal ayat 24 “Hai orang-orang beriman
penuhilah seruan Allah dan seruan Rosul apabila Rosul menyeru kamu kepada suatu
yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
membatasi manusia dan hatinya dan sesungguhnya hanya kepada-Nyalah kamu akan
dikumpulkan”.
Dalam ringkasan tafsir Ibnu Katsir , Al-Bukhari meriwayatkan,
Istajibu berarti ajibu (penuhilah) “kepada sesuatu yang memberi kehidupan
kepadamu”, yakni dengan kemaslahatamu. Para ulama menafsirkan: Yakni kepada
kebenaran. Para ulama lainnya mengatakan bahwa sesuatu itu ialah Al Qur’an yang
didalamnya mengandung keselamatan, kekekalan dan kehidupan.
Kita sadar dengan kesadaran tinggi bahwa kita butuh semua
pasokan-pasokan yang bisa menentramkan jiwa kita.Namun disisi lain kelelahan
fisik mendera kita bahkan menahan jiwa kita untuk melangkah menuju kehidupan
ruhiah yang lebih baik. Karena setiap mukmin yang memahami dan menghayati
hakekat kehidupan pasti akan menempuh jalah menuju Marthotillah(Ridho Allah),
kebahagian abadi disisi Allah SWT.
Namun kesadaran itu kadang tidak kita barengi dengan
amaliah/tindakan kita , kita merasa berat berangkat menghadiri acara liqo
setiap pekan, kita merasa berat untuk datang menghadiri dauroh-dauroh di majlis
ilmu, kita merasa berat untuk berangkat mukhayam(berkemah/simulasi jihad
ringan), kita merasa berat kita ditugaskan untuk berinfak lebih banyak, kita
merasa berat kalau ditugaskan untuk menghadiri acara yang membutuhkan ekstra
energi dan pikiran kita, kita merasa berat apabila kita ditugaskan tanpa
diberitahu maksud dari tugas tersebut, kadang kita lebih sering bertanya dulu
manfaat apa yang diperoleh jika menunaikan tugas itu dan sanksi apa apabila
kita melalaikan tugas itu , bahkan kadang kita tidak mau tahu, menutup mata dan
telinga terhadap tugas-tugas yang sebenarnya melatih kita untuk selalu tetap
dalam jalan menuju Ridho Allah semata.
Ketika hati dan kaki kita berat melangkah, ingatlah akan firman
Allah dalam surat At-Taubah :38 “Hai orang-orang beriman, mengapa kamu apabila
dikatakan kepadamu, “Berangkatlah pada jalan Allah,”lalu kamu merasa berat dan
ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai
ganti kehidupan di akhirat? Kenikmatan kehidupan di dunia itu dibandingkan
kehidupan di akhirat hanyalah sedikit.” Banyak alasan yang membuat kita malas
berangkat menghadiri majlis ilmu pekanan yang sebenarnya jadwalnya sudah
disepakati bersama oleh pesertanya, bagi pekerja/pegawai alasan lelah karena
sepekan bekerja dan enggan meninggalkan waktu bersama keluarga, bagi mahasiswa
banyak tugas kampus yang tidak bisa ditinggalkan, bagi pengusaha/pedagang
sayang meninggalkan niaganya karena sedang banyak pelanggan bahkan untuk
seorang aktivis da’wah yang belum bisa memprioritaskan kegiatannya mereka punya
alasan ada tugas bakti sosial, rapat2 yang tidak dapat diwakilkan. Kadang malas
itu tidak hanya berupa ketihadirann tapi berupa ketidakdisiplinan terhadap
waktu dan atau hanya fisik kita saja yang hadir tapi jiwa/pikiran kita melayang
entah kemana memikirkan keluarga yang ditinggalkan, harta niaga yang
ditinggalkan, tugas-tugas kampus, tugas-tugas rumah tangga . Kita tidak bisa
melebur dalam esensi pertemuan itu , karena hanya sekedar menggugurkan
kewajiban untuk hadir.
Sekali lagi, ketika hati dan kaki kita enggan melangkah menuju
Ridho Allah, kita perlu mengingat kembali firman Allah dalam surat At-Taubah
:24
“Katakanlah,” Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yamg kamu usahakan, perniagaan yang
dikhawatirkan kerugiaannya, dan rumah-rumah yang kamu sukai adalah lebih kamu
cintai daripada Allah, Rosul-Nya, dan jihad di jalan Allah, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang fasik.”
Terakhir, apapun bentuk beban kehidupan dunia yang kita hadapi,
jangan sampai membuat kita lalai, atau kehilangan kepekaan dan kesigapan
memenuhi seruan da’wah dan jihad di jalan Allah.