Kepada Rintik Hujan Malam Hari


Rintik-rintik hujan ini sosok idealis. Berjalan tanpa titik awal dan tanpa titik akhir. Sebagian waktu membiarkan diri mengalah pada mentari, mengubah bentuk, tapi tak pernah mengubah identitas diri.

Rintik-rintik hujan ini sosok yang arif, sebagian waktu ia melebur pada sosok yang tinggi, melebur menjadi awan-awan, berteman dekat dengan keagungan mentari. Sebagian waktu ia turun ke bumi, membiarkan dirinya terserap di akar-akar pepohonan, menelusup jatuh ke dalam tanah. Terbang menggapai mentari tak buat ia lupa tanah rupanya.

Rintik-rintik hujan ini sosok pejuang sejati. Coba pikir, gunung mana yang tak pernah ia daki? Dingin macam mana yang tak pernah ia jalani? Panas mentari seperti apa yang tak pernah ia hadapi dan pada akhirnya dia selalu kembali ke bumi.

Rintik-rintik hujan yang perlahan jatuh ke bawah kakiku ini entah berasal dari mana dan dari kehidupan yang mana. Mungkin ia sempat menjadi tetes air di lautan pasifik sana. Atau bahkan jangan-jangan sebelum jatuh ke kakiku dia sempat berjalan sekali mengelilingi dunia. Atau jangan-jangan dia juga hujan yang sama yang dulu dirasakan hatta, sjahrir, atau tan malaka?


::: Soraya Qurrotul'aiin SyifaaulgHalb :::