Bertahan di Puncak itu Lebih Sulit


"Sesungguhnya mencapai puncak itu sulit,tapi bertahan tetap di puncak itu lebih sulit "(Ibnul Jauzi)

Saudaraku,
Ternyata,hanya mengetahui suatu kemaksiatan dan mengetahui bahayanya,tidak otomatis menjadikan orang menjauhi dan meninggalkan kemaksiatan itu.Lihatlah,berapa banyak justru orang berilmu melakukan kemaksiatan lebih besar daripada orang yang tidak berilmu.Berapa banyak justru orang yang mengetahui bahaya kemaksiatan itu,terjerumus di lumpur kemaksiatan yang sama.

Saudaraku,
Merubah diri dari lalai menjadi taat memang tidak mudah.Mengangkat kaki dari suatu kekeliruan yang sudah lama dilakukan,lalu memindahkannya ke atas jalan yang benar dan baik ,itu sulit.Justru masalah inilah yang pertama kali harus kita sadari dalam-dalam.Seperti dikatakan IMAM IBNUL JAUZI,"Jangan sekali-kali engkau menganggap jalan (merubah diri menjadi baik) itu mudah."Jalan itu dipenuhi sesuatu yang kita benci,banyak halangan,penuh duri-duri tajam yang bisa membuat kita sakit.

Hanya saja,jika kita sudah berhasil melewatinya,kita pasti akan melupakan seluruh rasa sakit,seluruh keletihan itu.Jika telah melewatinya,kita akan merasakan kelezatan yang tak terbandingkan oleh kelezatan manapun dari kelezatan duniawi yang pernah kita rasakan.

Saudaraku,
Mari kita dengarkan indahnya uraian nasihat Imam Ibnul Jauzi dalam kitab Shaidul Khatir tentang tahapan perjalanan yang harus kita lakukan untuk menjadi lebih baik.Menurut Ibnul Jauzi,yang harus kita lakukan:
Pertama,adalah memperbanyak diam.Dalam diam itu engkau akan lebih bisa meraba keburukan.Jika engkau bisa merabanya,maka jiwa akan luluh dan hancur,lalu menyadari bahwa dirimu berada di jalan yang berlawanan dari kehendak Allah SWT.Setelah itu,ingatkanlah jiwa dengan kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan ,satu persatu.Kenalilah apa akibat setiap kekeliruan itu,sampai benar-benar disadari.

Langkah berikutnya,lemahkanlah jiwa dengan rasa lapar.Ibnu Jauzi mengatakan jika jiwamu masih belum bisa melakukan itu dan menolaknya,maka hancurkanlah kekerasan jiwa itu dengan memperbanyak puasa,hinakanlah ia dengan rasa lapar.Karena, sesungguhnya jiwa jika mengalami sakit karena lapar,ia akan tunduk,mau mendengar dan cenderung pasrah untuk menerima apa saja."

Langkah berikutnya adalah,perangi sikap menunda-nunda.Ini nasihat Ibnul Jauzi selanjutnya.Bahwa tekad meninggalkan kemaksiatan itu sangat rentan dengan gangguan menunda-nunda,dengan seribu satu alasan.Jika engkau mendapati jiwa ingin menunda-nunda untuk kembali ,dan membayangkan waktu panjang dan pendek,bawalah ia secara paksa untuk mengingat tak ada ajal yang bisa diperkirakan.Bahwa mungkin saja ajal itu datang kepada jiwa sebelum ia menunaikan keinginan kembalinya.Lalu,ulangi lagi katakan pada jiwamu tentang hukuman dan kengerian.

Saudaraku,
mari jadikan ketaatan sebagai tabiat dan hal yang biasa dalam diri kita,sebagaimana juga dahulu,kemaksiatan itu telah menjadi tabiat dan hal yang biasa bagi jiwa kita .Dan,kita tetap bertahan untuk berada di dalam ketaatan ini bersama-sama.Amin.