Hakikat Ujian Bagi Seorang Mukmin



Syekh Abdul.Qadir Al-Jailani qaddasallahu sirrahu mengatakan:
“Bagi seorang Mukmin, telah ditetapkan bahwa Allah tidak mengujinya dengan sesuatu pun melainkan demi kemaslahatan, baik kemaslahatan dunia maupun kemaslahatan akhirat, hingga dia ridha dengan cobaan, sabar dalam menyikapinya dan tidak bersikap ragu kepada Tuhannya, Allah menyibukannya dengan pelbagai cobaan.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan pernah memberi azab kekasih-Nya, tetapi Dia pasti akan mengujinya.”

Kepada orang yang senantiasa disibukkan oleh dunia, sadarilah jika engkau telah menyombongkan diri dalam setiap kesempatan. Engkau hanya berbicara dengan lisanmu, tetapi tidak dengan kalbumu. Engkau telah berpaling dari Allah dan firman-Nya.

Engkau juga telah berpaling dari Nabi-Nya dan para pengikutnya yang berada di atas kebenaran; para khalifah dan penerima wasiatnya. Engkau menentang Allah dan takdir-Nya. Engkau merasa puas dengan pemberian manusia daripada karunia Allah dan anugerah-Nya. Tidak ada ucapan yang didengar bagimu di sisi Allah dan di sisi para hamba-Nya yang shalih, kecuali kau bertobat, memurnikan diri dengan tobat, dan bersikap teguh di atasnya.

Selanjutnya engkau pun menerima takdir dan qadha-Nya dalam anugerah ataupun bencana yang menimpamu, dalam hal yang memuliakan ataupun menghinakanmu, dalam kekayaan ataupun kefakiran, dalam kesehatan ataupun sakit, dan dalam apa yang kau sukai ataupun yang kau benci.

Hendaklah engkau mengikuti hingga kau diikuti, melayani hingga kau dilayani. Terimalah berbagai keutamaan dan takdir, hingga dia mengikuti dan melayanimu. Rendahkanlah dirimu kepadanya agar dia pun merendahkan diri untukmu.

Dengarlah syair berikut:
Sebagaimana engkau memperlakukan, demikianlah engkau diperlakukan sebagaimana keadaanmu, begitulah engkau dipimpin.
Amalmu adalah pekerjamu. Allah tak akan menzalimi hamba-Nya; tak membalas yang sedikit dengan yang banyak. Kebaikan tak dapat disebut sebagai keburukan. Kebenaran juga tak dapat disebut sebagai dusta.
Jika kau melayani, engkau akan dilayani. Jika kau mengikuti, engkau akan diikuti.

Maka, layanilah Allah dan jangan disibukkan dengan pelayananmu kepada para penguasa, yang tidak mampu memberikan mudarat ataupun manfaat kepadamu. Apakah mereka memberimu sesuatu? Apakah mereka memberimu apa yang menjadi hakmu?

Ataukah mereka mampu membagi untukmu sesuatu yang tidak dibagikan oleh Allah. Tidak ada seorang pun yang dapat disandarkan kepada mereka. Jika engkau mengatakan bahwa sesungguhnya pemberian mereka bersumber dari mereka sendiri, berarti kau telah kafir. Bukankah kau mengetahui bahwa mereka tidak mampu memberi ataupun menolak; tidak memberi manfaat atau mudarat; tidak dapat mendahulukan ataupun mengakhirkan sesuatu, kecuali atas kehendak Allah?”

-- Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Fath Ar-Rabbani wal-Faidh Ar-Rahman